Terlepas
dari kontroversi yang masih berkembang ditengah masyarakat, bahwa masih banyak
orang yang meragukan kebenaran isi ceritera Legenda Puteri Roro (Loro)
Jonggrang
Tidak
berlebihan rasanya, jika Saya menuliskan kembali ceritera ini secara singkat sebagai
bahan perbandingan dan pengetahuan, atau sebagai dongeng pengantar tidur
Benar
atau tidaknya legenda ini, terpulang kembali kepada wawasan para pembaca
Legenda
atau Hikayat, adalah prosa ceritera
rakyat yang dibuat pada jaman dahulu yang dikaitkan dengan asal usul
terbentuknya suatu tempat, atau peristiwa penting, yang oleh sebagian orang setempat
dimana ceritera ini pertama kalinya muncul, telah dianggap sebagai sesuatu
yang benar-benar telah terjadi
Legenda
Puteri Loro Jonggrang
Pada
jaman dahulu di daerah Prambanan (Jawa Tengah) terdapat dua buah kerajaan,
yaitu Kerajaan Pengging dan Keraton Ratu Boko
Kerajaan
Pengging, wilayahnya subur dan makmur, dipimpin oleh raja yang
bijaksana, bernama Prabu Damar Moyo, raja ini mempunyai anak laki-laki yang
bernama Bandung Bondowoso
Sedangkan
Keraton Ratu Boko yang wilayahnya masih berada dibawah kekuasaan Kerajaan Pengging,
dipimpin oleh Prabu Boko yang angkara murka, raja ini mempunyai anak perempuan
yang cantik jelita bernama Puteri Loro Jonggrang
Rencana
makar atas kekuasaan Pengging pun disusun oleh Prabu Boko dan Patihnya (Gupolo),
setelah dirasa cukup, perbekalan maupun jumlah prajurit, kemudian berangkatlah Prabu
Boko dan pasukannya menuju Kerajaan Pengging untuk melakukan pemberontakan
Singkat
ceritera, Prabu Boko tewas ditangan Raden Bandung Bondowoso, melihat rajanya
telah tewas Patih Gupolo melarikan diri ke Keraton Boko, dan menceriterakan perihal
tewasnya Sang raja kepada Puteri Loro Jonggrang
Bandung Bondowoso yang melakukan pengejaran terhadap Patih Gupolo dan sisa
pasukannya yang melarikan diri, pada saat yang sama telah tiba pula di Keraton Boko
Bandung
Bondowoso yang baru kali itu bertemu dengan Loro Jonggrang terkesima melihat
kecantikan Sang Puteri, dan berniat memperisteri putri tersebut
Puteri
Loro Jonggrang tentu saja menolaknya, karena ayahnya telah tewas dibunuh oleh
Bandung Bondowoso
Karena
terpaksa, Sang Puteri bersedia untuk dijadikan isteri, tetapi dengan syarat,
dibuatkan sumur jala tunda, dan juga minta dibuatkan seribu candi dalam waktu
satu malam
Bandung
Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut, pertama-tama dia
membuat Sumur Jala Tunda, setelah selesai dia meminta sang puteri untuk melihat
sumur yang telah dibuatnya
Kemudian
puteri memerintahkan Bandung Bondowoso untuk masuk kedalam sumur, setelah masuk
kedalam sumur, Patih Gupolo segera menimbun sumur tersebut dengan tanah dan
batu
Bandung
Bondowoso terkubur disumur, tetapi dia tidak mati dan dapat keluar dari sumur
dengan selamat
Oleh
Sang Puteri, Bandung Bondowo kemudian diminta untuk melakukan permintaan kedua
yaitu membuat seribu candi
Dengan
masih memendam rasa marah karena telah ditimbun tanah didalam sumur, Bandung
Bondowoso segera mengumpulkan seluruh jin yang ada disitu untuk membangun
seribu candi sebelum fajar tiba
Sementara
candi dibuat, Puteri Loro Jonggrang, memerintahkan para gadis disekitar
Prambanan untuk menumbuk padi dan membakar jerami, agar suasana kelihatan
terang dan seakan pertanda pagi telah tiba, dan ayam jantanpun mulai berkokok
bersahutan
Para
Jin yang sedang bekerja segera melapor kepada Bandung Bondowoso, bahwa candi yang
telah selesai dibuatnya 999 buah, hanya kurang
satu saja lagi, dan mereka berhenti membuat candi karena hari telah menjelang pagi
dan ayam jantan telah berkokok
Bandung
Bondowoso yang mengetahui bahwa sebenarnya pagi hari belum datang dan dia merasa
telah diperdaya oleh puteri, maka dia segera memanggil puteri untuk menghitung
jumlah candi yang telah dibangun
Jumlah
candi yang dihitung ternyata hanya 999 buah dan puteri tetap menolak untuk
dipersunting, karena merasa ditipu dan dipermainkan maka Bandung Bondowoso
marah dan mengutuk Puteri Loro Jonggrang
“Hai
Loro Jonggrang karena jumlah candi ini kurang satu, maka engkaulah penggenapnya
menjadi seribu”
Seketika
itu juga Sang puteri tersebut menjadi batu
Didalam
legenda ini juga diceriterakan juga karena marahnya, Bandung Bondowoso
mengutuk para gadis disekitar Prambanan menjadi Perawan Tua, karena telah
membantu Puteri Loro Jonggrang
Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, orang yang berpacaran diarea Candi Prambanan (katanye)
akan putus cintanya
1 komentar:
Salut sama tulisan abang yang melestarikan Cerita Legenda agar tetap lestari..lanjtkan bang.
Posting Komentar