Kamis, 20 Desember 2012

Tarakan (3) Universitas Borneo, Islamic Center, Pantai Amal, Sumur Minyak

Memasuki hari yang ke empat dikota Tarakan, Saya mulai mati gaya, mau kemana lagi pada hari ini ?

Maklum, dikota sekecil ini objek wisatanya tentunya terbatas, tidak sebanyak dikota besar tetangganya 

Sambil memikirkan rencana selanjutnya, Pikiran Saya melayang kemasa lalu

Dulu, ketika pertama kalinya Saya mengunjungi kota Tarakan ini pada tahun 1981, terkesan tidak ada sesuatu yang istimewa dikota ini, (selain sumur minyak mentahnya yang masih berproduksi, dan sampai sekarang masih dapat dilihat dibeberapa desa yang tidak jauh dari pusat kota)
Selebihnya adalah perumahan penduduk, perkantoran, pusat belanja tradisional (pasar), tambak, hutan bakau, dan pantai

Tarakan, Awalnya adalah sebuah Kota Kecamatan,  kemudian meningkat menjadi Kota Administratif, kemudian dalam perjalanannya meningkat lagi menjadi sebuah kotamadya


Tugu Selamat Datang


Lokasi Pulau Tarakan pada Peta Kalimantan

Kotamadya Tarakan berdiri atau berada pada sebuah pulau yang juga bernama Tarakan, terletak di sebelah utara propinsi Kalimantan Timur, dipimpin oleh seorang Walikota

Tarakan merupakan kota terkaya ke-17 di Indonesia, Kota ini memiliki luas wilayah 251 Km2 dengan populasi penduduk sekitar  300 ribu jiwa

Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Tarakan sebagai kelengkapan dari sebuah kota yang sedang berkembang, pertumbuhannya laju pesat melampaui batas yang pernah Saya pikirkan sebelumnya

Bandar Udara, Pelabuhan Laut, Sarana Pendidikan, Sarana untuk Kegiatan beragama, dua jempol deh untuk kota tingkat dua ini


Lobi depan Bandara Juwata

Pusat Perbelanjaan

Pelabuhan Laut

Stadion Olah Raga Datoe Adil

Dengan telah disetujuinya, pemekaran propinsi baru oleh DPR RI, pada bulan yang lalu,  maka Kota Tarakan menjadi bagian dari propinsi Kalimantan Utara (propinsi ke 34 di Indonesia), dengan Ibukotanya Tanjung Selor, membawahi empat kabupaten (Kab. Nunukan, Malinau, Tanah Tidung, Bulungan) dan satu kota (Tarakan)


Berikut ini, adalah tambahan informasi lain yang sempat Saya amati sebelum kepulangan Saya ke Banjarmasin

Islamic Center
Pada saat Saya berkunjung kesini (Oktober 2012 yang lalu), pembangunan fisik Islamic Center Tarakan telah hampir selesai

Kendati belum selesai 100 %  Masjid Baitul Izzah yang terdapat dilokasi ini telah dapat dipergunakan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan keagamaan, dengan daya tampung lebih dari 10 ribu jamaah

Islamic Center ini berlokasi di Kampung Empat, Tarakan Timur
Saya tidak sempat memperoleh data akurat mengenai luas masjid, luas total lokasi, dibangun oleh siapa, besaran biayanya, dan sejak kapan dimulai dibangun

Yang Saya ketahui dengan pasti, bahwa Masjid yang diberi nama indah ini (Baitul Izzah), adalah bangunan Masjid yang ke-82 yang dimiliki oleh Kota Tarakan, jika jumlah masjid ini dibandingkan dengan luas wilayah dan jumlah penduduknya,  sepertinya tingkatan religi masyarakat disini, berkembang dengan cukup baik


Islamic Center

Sisi lain Islamic Center

Bagian Dalam Masjid Baitul Izzah

Yang menarik dari model dan konstruksi bangunan Islamic Center ini, yang tidak Saya jumpai pada Masjid ditempat lain, adalah adanya ruang parkir yang luas untuk kendaraan roda dua dan roda empat yang terletak pada bagian bawah Masjid (mungkin Masjid ini satu-satunya yang meniru system perpakiran yang bisa kita jumpai pada hotel berbintang dan Pusat Perbelanjaan Besar)

Ketika Saya beranjak untuk meninggalkan Masjid ini, Saya merasakan, bahwa keberadaan Islamic Center yang terletak 5 Km dari pusat kota ini pastinya menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga kota Tarakan


Pantai Wisata Amal
Pantai Wisata Amal adalah objek wisata pantai, berjarak sekitar 10 Km dari pusat kota, Akses jalan menuju daerah wisata ini cukup baik dan lebar, dapat dicapai dengan kendaraan dengan durasi sekitar 30 menit

Saat ini, Belum tersedia transportasi umum yang murah dari pemerintah setempat untuk dapat mendatangi objek wisata ini

Kondisi tempat wisata cukup baik dan aman, berpantai landai dan dangkal, kondisi air laut tidak terlalu jernih, Gelombang laut tidak terlalu besar (tidak mendukung untuk olahraga surfing), pengunjung yang datang dikenakan tiket masuk


Wisata Pantai Amal-1

Wisata Pantai Amal-2

Wisata Pantai Amal-3

Disini dapat dijumpai penjual makanan dan minuman (pengunjung tidak harus membawa bekal makanan), tersedia lapangan bermain yang luas serta lokasi untuk camping untuk pengunjung yang ingin mendirikan kemah

Pada bibir pantai dibangun turap sepanjang 2 Km dengan ketinggian sekitar tiga meter, untuk mencegah abrasi, perusakan pantai oleh gelombang laut


Universitas Borneo
Didekat area Pantai Amal ini telah dibangun sebuah Perguruan Tinggi dengan nama Universitas  Borneo, Universitas ini didirikan oleh Yayasan Pinekindi pada tanggal 09 Oktober 1999 dan ditetapkan pada tanggal 30 Maret 2000

Universitas Borneo secara resmi mulai menyelenggarakan proses pendidikan pada tanggal 06 Juni 2001, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 37/D/O/2001


Prasasti Universitas Borneo

Sebagian kegiatan di kampus

Saat ini Universitas Borneo menyelenggarakan Pendidikan Strata 1, Terdapat enam Fakultas dengan 14 program studi
Pejabat Rektor Universitas Borneo saat ini adalah H. Abdul Jabarsyah Ibrahim PhD

Universitas Borneo Tarakan dirubah statusnya menjadi negeri oleh Peraturan Presiden RI No. 19 yang dituangkan ke dalam Peraturan Presiden RI No. 65 Tahun 2010 Tentang Pendirian Universitas Bangka Belitung, Universitas Borneo Tarakan, dan Universitas Musamus yang ditetapkan di Jakarta pada tangal 19 November 2010.

Perguruan tinggi yang terletak di perbatasan Indonesia dan Malaysia ini diharapkan akan menjadi pusat pendidikan unggulan untuk kawasan Kalimantan Utara

Rektor Universitas Borneo menyebutkan, jumlah seluruh mahasiswa Universitas Borneo sekitar 5.000 orang, sedangkan mahasiswa baru tahun 2011/2012 sekitar 1.091 orang. Sementara jumlah dosennya sekitar 190 orang.


Sumur Minyak
Normalnya, Jika seseorang menganguk berarti setuju dan menggeleng berarti tidak setuju

Namun terasa aneh, Jika ada yang kerjanya selalu mengangguk, tetapi belum tentu dia setuju atau meng-iyakan

Itulah gambaran kerja mesin pompa minyak yang bekerja siang dan malam memompa minyak mentah dari perut bumi Tarakan, sejak dari masa perang dunia ke II dulu, sampai sekarang

Itulah mengapa sebabnya Tarakan lebih dulu dikenal oleh dunia luar dibanding kota lainnya di Indonesia, karena disini terdapat ladang minyak 

Mesin Pompa Sumur minyak ini masih dapat Saya lihat dibeberapa sudut desa atau perkampungan disekitar kota Tarakan


Pompa minyak 1

Pompa minyak 2

Di Kalimantan Timur, Mesin pompa semacam ini hampir bisa ditemukan diseluruh kota besar seperti Kota Samarinda, Balikpapan, Sanga sanga, Bontang, Sangata dan Pulau Bunyu, Bahkan terdapat juga di propinsi tetangganya (Kalimantan Selatan), seperti Kota Tanjung dan Murung Pudak

Keberadaan mesin-mesin pemompa minyak ini sepertinya menambah keunikan tersendiri bagi kota Tarakan, sebagai salah satu daya tarik wisata kota, bagi orang luar daerah yang belum pernah melihatnya 


Artikel lainnya yang berhubungan,  Rumah Adat Suku Tidung

Minggu, 09 Desember 2012

Tarakan (2) Rumah Adat Suku Tidung


Pada hari ke tiga di Kota Tarakan, Saya berkunjung ke Rumah Adat Suku Tidung (Baloy Adat Tidoeng)

Berbekal informasi yang sedikit, Saya pergi mendatangi Baloy Adat, Rumah adat ini letaknya diluar kota, terpencil?, tidak ada angkutan umum yang tersedia, kecuali dengan kendaraan pribadi atau sewa (charter)

Minimnya rambu atau penunjuk jalan yang menandakan bahwa didaerah tersebut terdapat tempat wisata, menjadi kesulitan tersendiri bagi pengunjung dari luar daerah yang akan mendatangi objek budaya ini

Saya hampir saja membatalkan niat untuk melihat rumah adat tersebut karena khawatir tersesat jalan
Karena kepalang basah, sudah setengah perjalanan Saya lewati, Saya tetap meneruskan perjalanan sambil sesekali bertanya kepada orang yang Saya temui dijalan, dan akhirnya Saya sampai juga di Baloy Adat tersebut

Baloy Mayo Djamaloel Qiram, orang setempat biasanya menyebutnya,  dibangun pada tanggal 04 April 2004 dan
Diresmikan oleh Drs Yurnalis Ngayoh, MM (Plt Gubernur Kaltim) pada tanggal 04 Agustus 2006

Yang sangat menarik untuk diketahui pembaca, Bahwa Baloy Mayo Djamaloel Qiram yang berdiri diatas tanah seluas 2,5 Ha ini dibangun dari “Dana Pribadi” Bapak H Mochtar Basry Idris, (Kepala Adat Besar Dayak Tidung Kalimantan Timur) yang bergelar Amiril Pengiran Mahkuta Adji Radin Alam Adji Pengiran


Selamat Datang di Baloy Mayo

Baloy Mayo

Pintu Utama Baloy Mayo

Teras Baloy Mayo


Berbicara Baloy Mayo, tentunya kita harus membicarakan juga keberadaan Suku Tidung sebagai yang empunya rumah adat tersebut

Jauh sebelum Pulau Tarakan dikenal oleh dunia luar, karena kandungan sumber minyak mentahnya yang melimpah
Di Pulau ini, terdapat penduduk asli yang disebut Suku Tidung,  Suku ini telah turun temurun mendiami pulau ini dan Suku ini mayoritas beragama islam 

Suku Tidung mempunyai sejarah yang sangat panjang, tercatat didalam sejarah, para bangsawan Suku Tidung ini telah mulai memerintah kerajaan Tidung sejak tahun 1076 sampai tahun 1916

Dulu, Terdapat dua kerajaan besar di kawasan ini, yaitu Kerajaan Tidung atau kerajaan Tarakan, yang berkedudukan  di Pulau Tarakan dan Salim Batu, dan Kesultanan Bulungan yang berkedudukan di Tanjung Palas

Berdasarkan sejarah, dipesisir timur Pulau Tarakan yaitu di Kawasan Dusun Binalatung sudah ada Kerajaan Tidung Kuno

Mulai diketahui keberadaannya, kira-kira pada tahun 1076, kemudian kerajaan ini berpindah ke pesisir selatan Pulau Tarakan di kawasan Tanjung Batu pada tahun 1156, lalu bergeser lagi ke wilayah barat yaitu ke kawasan Sungai Bidang pada tahun 1216, setelah itu kerajaan berpindah lagi ke daerah Pimping bagian barat dan kawasan Tanah Kuning, sekitar tahun 1394

Kemudian pada tahun 1557, Dinasty Tengara mulai memegang tampuk pemerintahan Kerajaan Tidung

Dinasti ini pertama kali dipegang oleh Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet pada tahun 1557 dan berakhir pada saat dipimpin oleh Datoe Adil pada tahun 1916, Dinasti Tengara ini berlokasi di kawasan Pamusian, Tarakan Tengah


Suku Dayak Tidung merupakan salah satu suku dari 406 Suku Dayak yang tercatat ada di Kalimantan
Penggunaan Kata Dayak pada Suku tersebut berangsur hilang dengan sendirinya, seiring dengan masuknya ajaran islam kedaerah ini, dan umumnya mereka lebih senang disebut Suku Tidung saja

Seperti Suku lainnya, Suku Tidung ini mempunyai Kebudayaan dan Rumah Adat sendiri, Walaupun rumah adat ini masih menggunakan sejumlah tiang tinggi pada bagian bawahnya, tetapi bentuk bangunan rumah adat ini terlihat lebih modern dan modis, diduga rumah adat ini adalah hasil pengembangan dari Rumah Panjang (Lamin) seperti yang dihuni oleh Suku Dayak Kalimantan Timur lainnya


Rumah Adat ini berbahan dasar Kayu Ulin, Rumah dibangun menghadap ke utara, sedangkan Pintu Utamanya menghadap ke selatan


Sisi lain Baloy Mayo

Perahu Tradisonal Suku Tidung


Didalam Baloy Mayo ini terdapat empat ruang utama, yang biasanya disebut Ambir

Ambir Kiri (Alad Kait), adalah tempat untuk menerima masyarakat yang mengadukan perkara, atau masalah adat

Ambir Tengah (Lamin Bantong), Adalah tempat pemuka adat bersidang untuk memutuskan perkara adat

Ambir Kanan (Ulad Kemagot), Adalah ruang istirahat atau ruang untuk berdamai setelah selesainya perkara adat

Lamin Dalom, Adalah singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidung


Pada bagian belakang Baloy Mayo ini, ada bangunan yang dibuat ditengah-tengah kolam, dinamai dengan Lubung Kilong, adalah sebuah tempat untuk menampilkan kesenian Suku Tidung


Lubung Kilong (bagian depan atas)

Lubung Kilong (bagian samping kanan)


Dibelakang Lubung Kilong ini, ada lagi sebuah bangunan besar yang diberi nama Lubung Intamu, Adalah tempat pertemuan masyarakat adat yang lebih besar, seperti acara pelantikan (Pentabalan) pemangku adat, atau untuk acara musyawarah masyarakat adat se kalimantan


Lubung Intamu


Jumlah bangunan besar maupun kecil yang mengelilingi Baloy Kirom  ini ada 11 buah (Total 12 Buah termasuk Bangunan Induk)


Bangunan disekitar rumah adat-1

Bangunan disekitar rumah adat-2


Lebih dari setengah harian Saya berkeliling sendirian melihat-lihat Baloy Mayo Adat Tidung ini tanpa adanya pendamping (guide) yang disediakan untuk pengunjung yang ingin bertanya atau ingin mengetahui lebih dalam mengenai apa yang ada (terlihat) disitu

Selain kedatangan Saya, pada hari itu tidak terlihat pengunjung lainnya, mungkin ketika itu (senin) bukanlah hari libur, sehingga sepi pengunjung

Bisa jadi juga sepinya pengunjung ini disebabkan oleh masih kurangnya promosi dan belum tersedianya angkutan umum untuk menuju objek wisata ini


Baloy Souvenir-1

Baloy Souvenir-2

Baloy Souvenir-3


Setelah membeli beberapa souvenir untuk oleh-oleh pada toko yang terdapat disitu, Saya menyudahi kunjungan tersebut dan kembali ke kota




Kamis, 22 November 2012

Tarakan (1) Konservasi Mangrove dan Bakantan


Roda pesawat Sriwijaya Air terasa agak kasar ketika menyentuh landasan pacu Bandara Juwata Tarakan,  Alhamdulillah perjalanan panjang dari Banjarmasin ke Tarakan telah usai

Ketika menuruni tangga pesawat, waktu setempat menunjukan pukul 19,15  agak terlambat dari jadwal semula,  karena adanya delay pada waktu keberangkatan di Bandara Banjarmasin

Setelah urusan bagasi selesai, Saya tidak langsung memesan taxi Bandara untuk pergi kekota mencari penginapan,  Saya singgah dulu diwarung kopi yang ada dibandara sambil memesan secangkir kopi hangat

Terdengar dering tilpon dari seluler, ternyata anak Saya yang di Jakarta menilpon
“Udah nyampe ya Pak” katanya
“Iya, Maaf lupa kasih tahu klo Bapak sudah sampai” Sahutku
“Rencana mau nginap dimana Pak” sambungnya
“Belum tahu, Bapak belum booking kamar” Sahutku lagi
“Klo Bapak mau, menginap di Mess perusahaan tempat Saya kerja saja Pak” katanya lagi memberikan saran
“Iya, Bapak lihat dululah tempatnya, klo tidak terlalu jauh dengan pusat jajanan, pastinya Bapak setuju”  Kataku lagi

Pembicaraanpun selesai, Saya tetap duduk diwarung kopi tadi, sambil nungguin Bbm yang masuk, alamat Mess berikut nomer tilpon orang yang harus dihubungi 

Dua puluh menit kemudian, Saya sudah dalam perjalanan menuju ke Mess, setelah memperlihatkan KTP dan menanda tangani formulir untuk administrasi, Saya menuju kekamar yang sudah disediakan, setelah mandi dan makan malam, nonton TV sebentar, kemudian Zzzz... Saya tertidur


Sofyan Effendi (Pemilik Blog)


Pagi yang cerah dan hangat mengawali hari kedua keberadaan Saya dikota Tarakan

Setelah sarapan, kemudian Saya mengunjungi beberapa teman bisnis untuk memonitor usaha kecil-kecilan yang selama ini masih terasa tersendat

Urusan kerjaan sudah selesai, kemudian waktu yang tersisa Saya pergunakan untuk melihat-lihat keadaan kota Tarakan, berikut ini yang sempat Saya catat untuk bahan penulisan

  

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bakantan

Mungkin ini hanya satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Kawasan Konservasi  Flora dan Fauna yang keberadaannya ada didalam kota


Pintu Masuk KKMB


Kawasan Konservasi Mangrove dan Bakantan ini, beralamat di Jalan Gajah Mada, Tarakan, Kalimantan Timur

Memiliki luas wilayah sekitar 22 Ha, dikelilingi oleh pagar setinggi dua meter, lokasi taman wisata ini cukup mudah untuk didatangi karena tempatnya dipusat kota, dan berdekatan dengan pusat perbelanjaan, Pelabuhan Laut dan Bandar Udara

Kawasan Konservasi Mangrove dan Bakantan ini, diresmikan pada tahun 2001, oleh dr H Jusuf Serang Kasim, Pejabat Walikota pada waktu itu

Kawasan ini merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Pemerintah Kota Tarakan, dikembangkan menggunakan perpaduan konsep yang berbasis pada pengembangan pariwisata dengan pelestarian lingkungan hidup (ekowisata)

Didalam taman ini dapat dijumpai sekitar 25 Jenis Tanaman Mangrove yang sengaja ditanam (orang setempat biasanya menyebutnya “Pohon Bakau”)

Selain koleksi tanaman Bakau, didalam Taman ini juga dipelihara sekitar 25 ekor Bekantan (Nasalis Lavartus), sejenis monyet lokal Kalimantan berbulu coklat yang berhidung panjang

Untuk memudahkan pengunjung yang datang, didalam taman wisata konservasi ini dibangun jalan penghubung berupa jembatan berbahan kayu ulin, yang unik ditempat ini dibangun juga sebuah perpustakaan


Koleksi Tanaman Mangrove-1

Koleksi Tanaman Mangrove-2

Jembatan Penghubung

Perpustakaan


Miniatur Bekantan

Bekantan-1

Bekantan-2


Mangrove dan Bekantan sebenarnya bukanlah Flora dan Fauna asli Pulau Tarakan

Mangrove dapat ditemukan dihampir seluruh wilayah pantai di Indonesia, sedangkan Bekantan sendiri, bisa ditemukan di seluruh wilayah pulau Kalimantan, bahkan Kota Banjarmasin (Kalimantan Selatan) telah memilih Bekantan ini sebagai ikon atau mascot daerahnya

Yang menarik untuk dicermati adalah bukan dari daerah mana Mangrove  dan Bekantan ini berasal, tetapi lebih kepada kepedulian sebagian orang atau institusi, terhadap lingkungan hidup dan pelestarian alam


Pada saat Saya berada di kawasan ini, Saya sempat bertemu dengan Mr Christian dan Mrs Joan, mereka ini adalah dua orang warga Negara Jerman yang ditugaskan oleh negaranya untuk melakukan riset dan analisa mengenai menyusutnya luas hutan bakau di Kalimantan

Dengan penguasaan bahasa inggris yang payah, Saya menyimak penjelasan yang diberikan oleh mereka

Walaupun Saya tidak mengerti seluruh isi penjelasan yang diucapkan oleh Mrs Joan, tetapi Saya bisa menangkap maksud beliau, bahwa keberadaan mangrove sangat penting bagi kelestarian alam dan lingkungan hidup

Mr Christian juga melengkapi keterangan temannya tadi, Bahwa keberadaan mangrove selain sebagai sumber oksigen, tetapi berfungsi juga sebagai pelindung pantai dari abrasi karena akar bakau dapat menangkap sedimen dan mengendapkan lumpur,  ujung-ujungnya dapat memperluas areal pantai

Saya mengangguk-anggukan kepala, seolah mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh beliau, padahal kepala Saya pusing, karena banyak kosa kata baru yang keluar dari mulutnya yang tidak Saya mengerti sama sekali

Melihat Saya antusias mendengarkan, Mr Christian menyimpulkan bahwa Saya suka dan mengerti dengan apa yang dibicarakannya, kemudian Beliau menambahkan lagi keterangannya seperti ini

Hutan Bakau ini tidak hanya berfungsi sebagai Nursery Ground, dan Feeding Ground, tetapi berfungsi juga sebagai Spawning Ground
Nah Lho…  Tambah pusing Gue,  Maksud loe Brur ?

Maksudnya, Hutan Bakau ini selain sebagai tempat untuk memijah (Spawning Ground) dari Ikan, Udang, dan Biota laut lainnya, tetapi juga sebagai induk asuh (Nursery Ground) dari biota laut, Reptil, Unggas, dan Mamalia kecil yang baru tumbuh sampai mereka menjadi dewasa, kemudian mereka disini dapat mencari makanannya sendiri secara alami (Feeding Ground) dihutan bakau ini

Ternyata kedatangan Saya ke Kawasan Konservasi ini tidak sia-sia, banyak pengetahuan baru yang Saya dapatkan secara tidak sengaja dari dua orang peneliti ini

Karena hari sudah agak siang, kemudian mereka pun pamitan, untuk melanjutkan perjalanan ke negaranya (via Jakarta)

Sebelum mereka pergi, iseng-iseng Saya bertanya kepada Mrs Yoan
“Can you speak Indonesia Mum?”
“Yes, We can speak Indonesia” Sahut mereka hampir bersamaan

Alamak !  Seandainya sebelumnya Saya tahu, mereka ini juga menguasai Bahasa Indonesia, Saya tidak harus buka-buka kamus dan pusing sendiri menyimak apa yang dijelaskan oleh mereka

Ternyata, Malu bertanya sesat dijalan ya?
Sambil mentertawai kebodohan diri sendiri, Sayapun melanjutkan lagi melihat-lihat koleksi tanaman bakau yang sempat terhenti tadi


Artikel lainnya tentang monyet,  Monyet Drakula


Rabu, 05 September 2012

Potret buram, Rasa ikut memiliki


Masih terngiang rasanya ditelinga ini, petuah bijak dari Ibundaku, yang selalu disisipkannya pada setiap dongeng sebelum tidur ketika Saya masih kecil dulu

“Nak, Jika kamu belum mampu untuk membeli atau membuat sesuatu yang baru, Peliharalah dengan baik apa yang sudah ada kamu miliki”  

Waktu itu, Saya selalu menyahut “iya Bunda” dengan mata yang mulai mengantuk, karena diusia itu, Saya belum dapat memahami pembelajaran apa yang sedang Bunda ingin tanamkan kepada Saya

Kemudian waktupun bergulir, hingga sampai pada suatu titik, dimana Saya dapat memahami petuah tersebut


Beberapa waktu yang lalu, Saya pernah membuat tulisan mengenai (sebagian kecil dari) kondisi fasilitas umum milik pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, dengan judul  Dibawah kerimbunan, Ada bahaya mengancam


Isi tulisan tersebut biasa-biasa saja, dan nilai materinya relatif kecil

Lagian isi tulisan itu terkesan  “satu arah”  

Artinya, Saya hanya menuliskan kenyataan yang Saya temukan tetapi tidak pernah melakukan konfirmasi atau menyampaikannya langsung kepada dinas terkait yang diberi wewenang untuk mengurus masalah ini

Kenapa bisa begitu?
Karena kerusakan tersebut telah terjadi sejak beberapa tahun lalu, dan selama itu juga tidak ada tanda-tanda untuk segera mendapat  perbaikan
Saya tidak ingin menbuat sensasi dari sebuah berita basi, jika baru sekarang ini, Saya mempertanyakan hal tersebut

Sikap yang terbaik adalah “menunggu”
Menunggu disini, bisa diartikan menunggu untuk mendapat giliran diperbaiki, bisa juga berarti menunggu sampai ada orang lain yang mendapat celaka karena terperosok kedalam lubang

Tadinya dalam benak Saya sempat terpikir juga untuk bersikap masa bodoh, dan cuek dengan kondisi tersebut  “This is Not my Busines”

Tetapi disisi lain, timbul  juga rasa penasaran yang menggelitik hati ini, Apakah gerangan, yang dapat mematahkan atau memecahkan blok beton setebal 15 Cm tersebut




“Apa iya”, blok beton tersebut dibuat secara asal-asalan saja, dengan tidak mencampurkan dengan baik Air, Semen, Pasir, Batu kerikil, dan Besi, sesuai standar yang diharuskan

Ternyata sebagian jawabannya dapat dilihat pada photo2 berikut ini (Photo Saya ambil secara acak, pada saat Saya sedang lewat pada jalan tersebut)

Parkir yang Salah-1

Parkir yang Salah-2

Parkir yang Salah-3

Parkir yang Salah-4

Parkir yang Salah-5

Parkir yang Salah-6


Parkirnya kendaraan roda empat ini bukan tanpa alasan, karena disekitar jalan itu terdapat bengkel, warung makan dan kantor dengan lahan parkir yang sempit,  mobil yang tidak kebagian tempat parkir dengan sendirinya akan memarkir kendaraannya disembarang tempat yang kosong

Parkirnya beberapa mobil tersebut dipinggir jalan sah-sah saja karena disitu memang tidak terlihat adanya rambu “larangan parkir”
Sembarangan parkir ini paling-paling hanya dapat membuat jalanan bertambah sempit atau hanya akan mengganggu kenyamanan pejalan kaki

Yang menjadi masalah adalah, “caranya memarkir mobil”
Sebelah dari roda mobil berada diatas jalan, sedangkan yang sebelahnya lagi berada tepat diatas trotoar

Hampir dipastikan tekanan dari berat kendaraan ini yang berpeluang untuk menimbulkan kerusakan trotoar

Cara parkir yang benar

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Sampai saat ini, Saya sendiripun juga belum tahu jawabnya

Solusi sederhana untuk mengatasi masalah tersebut adalah, Jika kita belum dapat berbuat banyak untuk merubah keadaan yang kurang baik untuk menjadi lebih baik, setidaknya kita sendiri tidak ikut melakukan hal bodoh yang sama

Tetap memelihara semangat “rasa ikut memiliki” agar selalu tetap ada didalam hati ini, (Jika memungkinkan, menularkannya kepada orang terdekat dilingkungan kita)

Semahal dan sekuat apapun bangunan fasilitas umum yang dibuat oleh pemerintah, tidak akan panjang usia pakainya jika rasa ikut memiliki telah menghilang dari hati sebagian warganya

Pernahkah kita berpikir, bahwa Kerusakan yang terjadi pada fasilitas umum, hanya dibutuhkan dana saja untuk memperbaikinya
Tetapi hilangnya “rasa ikut memiliki” dari setiap individu, membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk menyembuhkannya


Jumat, 27 Juli 2012

Tips ringan seputar UMROH


Jika dalam waktu dekat ini, Anda akan melakukan Ibadah Umroh,  ada beberapa tips yang ingin Saya bagikan kepada pembaca  

Masjid Al Haram


Tips ini tidak mutlak harus diikuti, karena masih dimungkinkan adanya perubahan dari, peraturan setempat, Nilai kurs, kondisi alam, dll

Halaman luar Masjid Al Haram


Utamakan untuk selalu menjaga kesehatan agar pelaksanaan ibadah tidak terganggu karena sakit

Diluar kegiatan ibadah rutin, pergunakanlah waktu untuk beristirahat, Tidur dan makan dengan cukup, perbanyak memakan buah2an dan jangan lupa (walaupun tidak haus) untuk selalu meminum air

Kemanapun Anda pergi,  bawalah tanda pengenal, hand phone, dan kartu nama hotel tempat Anda menginap, agar dapat dihubungi bila sedang tersesat

Oleskan cream pelembut kulit atau sejenisnya pada bagian tubuh yang terbuka, terutama pada bagian wajah,  perbedaan waktu dan suhu udara, dapat membuat tubuh bereaksi untuk menyesuaikan dgn kondisi setempat,  sehingga dapat menyebabkan bibir dan telapak kaki mengering dan pecah

Untuk menghemat biaya sambungan tilpon dan sms ke dalam negeri, Ganti Sim Card Anda dengan kartu lokal Arab “mobily”  (Telkomselnya Arab Saudi), Harga Sim Card 100 ribu, berisi pulsa 40 real
Sebaiknya digunakan hanya kepada sesama GSM,  jika digunakan untuk menghubungi nomer tilpon rumah atau kantor, biayanya lebih mahal

Jangan banyak membawa real dari Indonesia, karena Pedagang di Arab Saudi, umumnya mau saja menerima uang rupiah, dgn kurs Rp.2.500 per 1 real, Sebelum membeli bertanyalah dulu kepada pedagangnya

Jika Anda seorang perokok aktif, sebaiknya membawa rokok secukupnya, Kemas dgn baik dan masukan ke dalam koper (bagasi)

Bila ingin membeli oleh-oleh untuk keluarga ditanah air, belilah sekedarnya saja, karena barang yang dijual, (kecuali kurma dan produk sejenisnya) sebagian besar berasal dari luar arab, Perhatikan juga jatah berat bagasi yang diperbolehkan