Roda
pesawat Sriwijaya Air terasa agak kasar ketika menyentuh landasan pacu Bandara
Juwata Tarakan, Alhamdulillah
perjalanan panjang dari Banjarmasin ke Tarakan telah usai
Ketika
menuruni tangga pesawat, waktu setempat menunjukan pukul 19,15 agak terlambat
dari jadwal semula, karena adanya delay pada waktu keberangkatan di
Bandara Banjarmasin
Setelah
urusan bagasi selesai, Saya tidak langsung memesan taxi Bandara untuk pergi
kekota mencari penginapan, Saya singgah dulu diwarung kopi yang ada
dibandara sambil memesan secangkir kopi hangat
Terdengar
dering tilpon dari seluler, ternyata anak Saya yang di Jakarta menilpon
“Udah
nyampe ya Pak” katanya
“Iya, Maaf lupa kasih tahu klo Bapak sudah sampai” Sahutku
“Rencana
mau nginap dimana Pak” sambungnya
“Belum
tahu, Bapak belum booking kamar” Sahutku lagi
“Klo
Bapak mau, menginap di Mess perusahaan tempat Saya kerja saja Pak” katanya lagi
memberikan saran
“Iya,
Bapak lihat dululah tempatnya, klo tidak terlalu jauh dengan pusat jajanan,
pastinya Bapak setuju” Kataku lagi
Pembicaraanpun
selesai, Saya tetap duduk diwarung kopi tadi, sambil nungguin Bbm yang masuk, alamat Mess berikut nomer tilpon orang yang harus dihubungi
Dua
puluh menit kemudian, Saya sudah dalam perjalanan menuju ke Mess, setelah
memperlihatkan KTP dan menanda tangani formulir untuk administrasi, Saya menuju
kekamar yang sudah disediakan, setelah mandi dan makan malam, nonton TV
sebentar, kemudian Zzzz... Saya tertidur
Sofyan Effendi (Pemilik Blog)
Pagi yang cerah dan hangat mengawali hari kedua keberadaan Saya dikota Tarakan
Setelah sarapan, kemudian Saya mengunjungi beberapa teman bisnis untuk memonitor usaha kecil-kecilan yang selama ini masih terasa tersendat
Urusan kerjaan sudah selesai, kemudian waktu yang tersisa Saya pergunakan untuk melihat-lihat keadaan kota Tarakan, berikut ini yang sempat Saya catat untuk bahan penulisan
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bakantan
Mungkin
ini hanya satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Kawasan Konservasi Flora dan Fauna yang keberadaannya ada
didalam kota
Pintu Masuk KKMB
Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bakantan ini, beralamat di Jalan Gajah Mada, Tarakan,
Kalimantan Timur
Memiliki luas wilayah sekitar 22 Ha, dikelilingi oleh pagar setinggi dua meter, lokasi taman wisata ini cukup mudah untuk didatangi karena tempatnya dipusat kota, dan berdekatan dengan pusat perbelanjaan, Pelabuhan Laut dan Bandar Udara
Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bakantan ini, diresmikan pada tahun 2001, oleh dr H
Jusuf Serang Kasim, Pejabat Walikota pada waktu itu
Kawasan
ini merupakan salah satu destinasi wisata unggulan Pemerintah Kota Tarakan,
dikembangkan menggunakan perpaduan konsep yang berbasis pada pengembangan
pariwisata dengan pelestarian lingkungan hidup (ekowisata)
Didalam
taman ini dapat dijumpai sekitar 25 Jenis Tanaman Mangrove yang sengaja ditanam
(orang setempat biasanya menyebutnya “Pohon Bakau”)
Selain
koleksi tanaman Bakau, didalam Taman ini juga dipelihara sekitar 25 ekor
Bekantan (Nasalis Lavartus), sejenis monyet lokal Kalimantan berbulu coklat yang
berhidung panjang
Untuk memudahkan pengunjung yang datang, didalam taman wisata konservasi ini dibangun jalan penghubung berupa jembatan berbahan kayu ulin, yang unik ditempat ini dibangun juga sebuah perpustakaan
Koleksi Tanaman Mangrove-1
Koleksi Tanaman Mangrove-2
Jembatan Penghubung
Perpustakaan
Miniatur Bekantan
Bekantan-1
Bekantan-2
Mangrove
dan Bekantan sebenarnya bukanlah Flora dan Fauna asli Pulau Tarakan
Mangrove dapat ditemukan dihampir seluruh wilayah pantai di Indonesia, sedangkan Bekantan sendiri, bisa ditemukan di seluruh wilayah pulau Kalimantan, bahkan Kota Banjarmasin (Kalimantan Selatan) telah memilih Bekantan ini sebagai ikon atau mascot daerahnya
Yang
menarik untuk dicermati adalah bukan dari daerah mana Mangrove dan Bekantan ini berasal, tetapi lebih kepada
kepedulian sebagian orang atau institusi, terhadap lingkungan hidup dan
pelestarian alam
Pada saat Saya berada di kawasan ini, Saya sempat bertemu dengan Mr Christian dan Mrs Joan, mereka ini adalah dua orang warga Negara Jerman yang ditugaskan oleh negaranya untuk melakukan riset dan analisa mengenai menyusutnya luas hutan bakau di Kalimantan
Dengan
penguasaan bahasa inggris yang payah, Saya menyimak penjelasan yang
diberikan oleh mereka
Walaupun Saya tidak mengerti seluruh isi penjelasan yang diucapkan oleh Mrs Joan, tetapi
Saya bisa menangkap maksud beliau, bahwa keberadaan mangrove sangat penting bagi
kelestarian alam dan lingkungan hidup
Mr
Christian juga melengkapi keterangan temannya tadi, Bahwa keberadaan mangrove
selain sebagai sumber oksigen, tetapi berfungsi juga sebagai pelindung pantai
dari abrasi karena akar bakau dapat menangkap sedimen dan mengendapkan
lumpur, ujung-ujungnya dapat memperluas areal pantai
Saya mengangguk-anggukan kepala, seolah mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh
beliau, padahal kepala Saya pusing, karena banyak kosa kata baru yang keluar
dari mulutnya yang tidak Saya mengerti sama sekali
Melihat
Saya antusias mendengarkan, Mr Christian menyimpulkan bahwa Saya suka dan mengerti dengan
apa yang dibicarakannya, kemudian Beliau menambahkan lagi keterangannya seperti
ini
Hutan
Bakau ini tidak hanya berfungsi sebagai Nursery Ground, dan Feeding Ground, tetapi berfungsi juga sebagai Spawning Ground
Nah
Lho… Tambah pusing Gue, Maksud loe Brur ?
Maksudnya,
Hutan Bakau ini selain sebagai tempat untuk memijah (Spawning Ground) dari Ikan, Udang, dan
Biota laut lainnya, tetapi juga sebagai induk asuh (Nursery Ground) dari biota laut,
Reptil, Unggas, dan Mamalia kecil yang baru tumbuh sampai mereka menjadi
dewasa, kemudian mereka disini dapat mencari makanannya sendiri secara alami (Feeding Ground) dihutan bakau ini
Ternyata
kedatangan Saya ke Kawasan Konservasi ini tidak sia-sia, banyak pengetahuan
baru yang Saya dapatkan secara tidak sengaja dari dua orang peneliti ini
Karena hari sudah agak siang, kemudian
mereka pun pamitan, untuk melanjutkan perjalanan ke negaranya (via Jakarta)
Sebelum mereka pergi, iseng-iseng Saya bertanya kepada Mrs Yoan
“Can
you speak Indonesia Mum?”
“Yes,
We can speak Indonesia” Sahut mereka hampir bersamaan
Alamak ! Seandainya sebelumnya Saya tahu, mereka ini juga menguasai Bahasa Indonesia, Saya
tidak harus buka-buka kamus dan pusing sendiri menyimak apa yang dijelaskan oleh
mereka
Ternyata,
Malu bertanya sesat dijalan ya?
Sambil
mentertawai kebodohan diri sendiri, Sayapun melanjutkan lagi melihat-lihat koleksi tanaman
bakau yang sempat terhenti tadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar