Kamis, 24 Mei 2012

Traveling (4) Pondokan Mangkaliat


Hari berikutnya, Karena tidak ingin mengganggu jadwal kuliah Anak, Saya hanya istirahat, sambil melihat-lihat kondisi pondokan, apa saja sih yang dilakukan oleh anak kost diluar kegiatan kuliah, Saya berkeliling ketetangga dan bersilaturahmi dgn masyarakat yang bertempat tinggal disekitar pondokan

Pondokan Mahasiswa Kalimantan Timur ini, terletak di sebuah gang di Jalan Paku Ningratan, Pondokan diberi nama  “Mangkaliat”  mengambil nama sebuah Tanjung dipesisir bagian timur Pulau Kalimantan, Bangunan ini berdiri sejak tahun 1960, diatas tanah seluas kurang lebih 600 m2, dengan fasilitas sembilan kamar yang dihuni oleh dua sampai tiga orang per kamarnya, Ada ruangan lobi pada bagian depan, ada ruang tamu, pada bagian lebih dalam ada ruang lesehan yg dapat digunakan untuk ruang rapat dan sekaligus juga dapat digunakan untuk sholat berjamaah, ada satu buah televisi ukuran besar, ada dapur dan ruang cuci, serta kamar mandi, terdapat sejumlah kamar kecil yang memadai dan bersih, pada saat Saya bertamu disini, pondokan dihuni oleh 18 orang mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah dari kaltim
  



Pondokan Mangkaliat, adalah salah satu dari tiga pondokan mahasiswa milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang ada di Jogyakarta,  dari pondokan ini telah banyak alumni yang telah menjadi  tokoh dan pejabat di kalimantan Timur,  diantaranya adalah Bpk M Ardhan yang pernah menjabat sebagai Gubernur beberapa tahun silam

  


Hubungan antara mahasiswa dan penduduk sekitar pondokan terlihat harmonis dan bersahabat, ini dapat dilihat dari partipasi yang diberikan oleh mahasiswa dengan mengajarkan mengaji kepada anak-anak sekitar pondokan, dengan jadual seminggu tiga kali di Masjid yang berjarak 100 M pada bagian samping pondokan

Kegiatan yang lain adalah, Mengenalkan kebudayaan Kalimantan Timur kepada masyarakat sekitar dan juga kepada kampus-kampus yang ada di Jogyakarta bahkan juga kepada kampus se Jawa Tengah, seperti tarian tradisional, dan barang kerajinan daerah, Kegiatan ini bernaung dibawah Divisi Olahraga dan Kesenian, yang dibentuk beberapa tahun silam oleh para mahasiswa itu sendiri



Usaha yang positip dari mahasiswa ini patut diacungi jempol, karena dari generasi mereka inilah akan lahir calon pemimpin dimasa depan, sesuai bidang keilmuan yang mereka tuntut dgn susah payah demi memenuhi harapan orangtua dan tentunya harapan mereka sendiri untuk menjadi manusia yang berguna dimanapun mereka berada dan mengabdi setelah menyelesaikan kuliah (bersambung)



Selasa, 15 Mei 2012

Traveling (3) Lereng Merapi

Hari berikutnya, Sy mengunjungi lereng merapi, yang terletak di Desa Kepuharjo dan Desa Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman 


Setelah membayar ticket masuk sebesar 3 ribu kepada Pengelola Wisata, Sy memasuki kawasan Merapi, Kawasan ini  pada tahun 2010 lalu pernah dilanda lahar merapi, dalam perjalanan Sy sempat melihat bekas2 kerusakan yang ditimbulkan oleh Erupsi Merapi, sebagian bangunan dan rumah penduduk telah diperbaiki dan dibangun kembali, dan sebagian lagi dibiarkan apa adanya tanpa perbaikan oleh pemiliknya, mungkin sipemilik merasa trauma sehingga tidak berminat lagi untuk bertempat tinggal disitu, Bangunan rusak tersebut seolah menjadi monumen dan saksi bisu bahwa dikawasan tersebut pernah terjadi bencana yang menghancurkan kehidupan penduduk setempat 




Sambil beristirahat disebuah warung kecil yang banyak tersebar dipinggiran jalan, Sy sempat berbincang dgn Ibu Rohima yg berasal dari Sukabumi, pada hari itu, kami kebetulan bersamaan datang ke lereng merapi, tidak banyak yang dibicarakan dgn beliau, selain saling tukar kartu nama dan nomer ponsel, serta basa basi sedikit tentang informasi kondisi daerah asal masing-masing 


Beliau ini bekerja pada Rumah Sakit Swasta di Sukabumi, bersuamikan seorang warga Belanda mualaf yang telah pensiun, Suaminya ini telah pindah ke Indonesia dan telah tinggal kurang lebih 2 tahunan di Sukabumi   


Iseng-iseng saya tanyakan kepada Sang Suami, berapakah gaji pensiunan Anda di Belanda? Mungkin karena dirasakan kurang ethis bila menyebutkan nominal, dgn diplomatis Beliau memberi jawaban, bahwa pensiunan dinegaranya digaji setara dgn 6 bulan gaji pensiunan di Indonesia, 




Terlepas apakah Beliau ini berbicara jujur apa adanya atau hanya berbohong, Saya pun berandai-andai membayangkan mereka ini setelah pensiun dari pekerjaan sebelumnya, benar-benar dapat menikmati masa tuanya, dengan uang pensiun yang lebih dari cukup untuk melakukan “sesuatu” seperti melakukan perjalanan wisata dll 
Berbeda dgn para pensiunan yang ada di Negara kita, dimana jumlah uang pensiunnya hanya cukup untuk membayar rekening air, listerik, telephone, dan menjalani kehidupan seadanya 


Hal yang menggembirakan, ternyata masih ada kesamaan cara pandang dan pola pikir secara manusiawi diantara kami setelah melihat puing-puing yg disebabkan oleh letusan merapi, terenyuh, prihatin dan tidak dapat membayangkan kondisi psikologis penduduk setempat pada waktu erupsi itu terjadi 


Hari telah menjelang sore, kemudian Sy bersiap untuk kembali ke Jogya, dan saat itu anak Sy bertanya, “Mau naik keatas Pak” maksudnya ke puncak merapi, “Tidak Nak, Lebih baik kita pulang saja” sahutku, karena memang Sy merasa kurang sehat dan tidak ada niatan untuk melihat lebih dekat kepuncak merapi, walaupun disitu tersedia kendaraan yang dapat disewa, yang siap dan dapat mengantarkan kami ke Puncak, bila diminta



Sabtu, 05 Mei 2012

Dibawah kerimbunan, ada bahaya mengancam


Kebanyakan, Tulisan mengenai kondisi lingkungan yang terdapat diperkotaan, baik itu mengenai daerah wisata, bangunan bersejarah, atau apapun itu, selalu diulas oleh penulisnya dari sisi yang baik-baiknya saja

Kali ini Saya mencoba untuk menulis mengenai kondisi lingkungan yang ada di Banjarmasin dari sudut pandang dan pengalaman Saya sendiri

Tulisan ini Saya buat sebagai rasa keprihatinan dari seorang warga kota biasa, yang melihat adanya sesuatu hal yang kurang baik dan jika tidak segera dilakukan antisipasi dan perbaikan oleh pemerintah kota, pada akhirnya dapat membahayakan orang lain

Jika Anda kebetulan sedang melintas di Jl Jenderal Soetoyo S, persisnya pada bagian jalan yang ada didepan Kantor Lembaga Pemasyarakatan (LP), Banjarmasin


Jl Sutoyo S, dari arah Trisakti menuju kota

Jl Sutoyo S, dari arah kota menuju Trisakti

Kesan pertama yang dirasakan adalah adanya keteduhan dan kesejukan yang ditimbulkan oleh rimbunnya beberapa pohon besar yang telah ditanam disitu sejak beberapa tahun yang lalu 

Tetapi jika diperhatikan lebih teliti, ternyata pada trotoar yang terdapat dibagian bawah pohon tersebut, terdapat bahaya yang dapat mengancam keselamatan pejalan kaki

Ada enam buah lubang berdiameter 30 Cm sampai 60 Cm yang terbuka (menganga) diatas trotoar tersebut, terjadinya lubang2 ini karena adanya kerusakan pada beton yang menutupi permukaan trotoar yang juga sekaligus sebagai penutup saluran air (selokan) yang ada pada bagian bawahnya  

Lubang pertama

Lubang ke 2

Lubang ke 3

Lubang ke 4

Lubang ke 5

Lubang ke 6 
(dari lubang 1 sd 6, timbunan sampah memenuhi riol/selokan)

Menurut pengamatan yang Saya lakukan, lubang-lubang ini keberadaannya sudah cukup lama (sekitar dua tahunan), dan selama itu tidak terlihat adanya tanda-tanda atau usaha dari Pemerintah Kota untuk memperbaiki kerusakan tersebut

Saya bertanya kepada diri sendiri, Apakah dinas terkait memang tidak mengetahui keberadaan lubang yang dapat membahayakan keselamatan warga, atau sebenarnya mereka sudah mengetahuinya tetapi tidak mau perduli dgn nasib warganya dan menunggu dulu sampai ada korban yang jatuh, kemudian baru memperbaikinya


Tulisan agar berhati-hati untuk pengendara motor dan mobil, bukan untuk pejalan kaki

Kemudian Saya membathin, Mengapa instansi pemerintahan yang berkantor dekat dgn kumpulan lubang tersebut, tidak ber inisiatif untuk menyampaikan kondisi trotoar tersebut kepada dinas terkait

Jika jawaban dari pihak yang berkantor disitu, menyatakan bahwa mereka sudah pernah menyampaikan kondisi ini kepada pemkot, tetapi tidak ada respon

Pertanyaan berikutnya adalah, Siapa dan kapan, menjadi korban pertama yang terperosok kedalam lubang?