Sabtu, 12 Oktober 2013

Museum Nasional



Ini adalah kunjungan Saya yang kesekian kalinya ke Museum Nasional, karena memang pada dasarnya Saya punya hobi untuk melihat barang-barang lama, langka, dan bersejarah

Jika Saya sedang berada di Ibukota, Saya selalu meluangkan waktu untuk melihat kembali museum ini, walaupun isinya nyaris tidak banyak berubah






Museum Nasional beralamat di Jalan Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat, letaknya ditengah kota, mudah diakses oleh siapapun yang akan berkunjung kemuseum

Setelah turun dari Bus Trans Jakarta, kemudian dengan berhati-hati, Saya menyeberangi jalan menuju gedung museum (sepertinya disini belum tersedia jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki)

Setelah membayar tiket masuk 5 ribu rupiah, Saya memasuki ruangan untuk melihat koleksi museum

Pada hari itu pengunjung yang datang bersamaan dengan Saya tidak banyak, karena kedatangan Saya ke museum  sudah agak siangan (15.00)

Sambil melihat-lihat isi museum, sesekali Saya melirik jam tangan, khawatir waktu kunjungan berakhir, sementara Saya belum selesai memasuki semua ruangan

Museum Nasional ini biasa disebut juga dengan Gedung Gajah atau Museum Gajah

Mengapa? karena pada halaman depan museum tersebut terdapat sebuah patung gajah berbahan dasar perunggu




Patung Gajah ini, adalah hadiah dari raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum ini pada tahun 1871

Terkadang museum ini disebut juga dengan Gedung Arca karena digedung ini memang banyak tersimpan bermacam jenis patung dari batu






Museum Nasional ini menyimpan sekitar 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari koleksi prasejarah, Arkeologi, Numismatik, Heraldik, Etnografi,  dan Keramik

Museum Nasional dibangun diatas tanah seluas sekitar 26.500 M2,  dan diatas lahan ini berdiri dua buah gedung utama, kita sebut saja gedung A dan gedung B

Gedung Lama (gedung A) digunakan untuk ruang pamer koleksi museum, dan ruang untuk penyimpanan koleksi (Storage)

Gedung B, dibuka pada tanggal 20 Juni 2007 silam  oleh Presiden RI ke VI (Susilo Bambang Yudhoyono)
Gedung ini selain digunakan untuk ruang pameran, juga digunakan untuk Perkantoran, Perpustakaan, Ruang Rapat, dan Laboratorium


Sejarah Museum
Diawali dengan berdirinya himpunan yang bernama Bataviaasch Gennoschap van Kunsten en Wetenschappen, yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada  24 April 1778

Pada masa itu di Eropah Tengah, sedang terjadi Revolusi Intelektual (The Age of Enlightenment) yaitu dimana orang-orang mulai mengembangkan pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan

Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda, berdiri Hollandsche Maattschappij der Wetenschappen (perkumpulan ilmiah belanda), Momen inilah yang mendorong orang-orang belanda di Batavia untuk mendirikan organisasi sejenis

Bataviaasch Gennotschap (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusasteraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitiannya

Lembaga ini mempunyai semboyan “ten nutte van het algemeen (untuk kepentingan masyarakat umum)

Salah seorang pendiri lembaga ini, yaitu ICM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah miliknya yang terletak di jalan Kali Besar, (Pada masa itu daerah ini merupakan kawasan perdagangan di Jakarta Kota)

Tidak sampai disitu, Beliau juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku-buku koleksi miliknya, sumbangan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Museum dan Perpustakaan

Pada masa pemerintahan Inggris di Pulau Jawa (1811-1816) Sir Thomas S Raffles, Gubernur Jenderal di Batavia, ditunjuk menjadi Direktur perkumpulan ini

Berhubung rumah yang di Kali Besar sudah penuh dengan koleksi yang ada, Raffles kemudian memerintahkan pembangunan gedung baru di Jalan Majapahit yang digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk literary society, (dulu nama gedung ini adalah “societeit de harmonie”)

Jumlah koleksi milik BG (Bataviaasch Gennotschap) ini terus bertambah sehingga museum di Jalan Majapahit inipun tidak dapat lagi menampung koleksinya

Pada tahun 1862, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru,  dilokasi yang sekarang kita lihat ini, yaitu Jalan Merdeka Barat no 12 (dulu disebut Koningsplein West)

Tanahnya meliputi area yang kemudian diatasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau sekolah tinggi hukum (Gedung ini pernah dipakai untuk Markas Kempetai diera pendudukan jepang, dan sekarang gedung ini ditempati oleh Kementerian Pertahanan dan Keamanan)

Pembukaan Gedung Museum ini untuk umum, dilakukan pada tahun 1868

Pada tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek pemerintah, sehingga lengkapnya menjadi Kononklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en wetenschappen

Pada tanggal 26 Januari 1950 namanya dirubah menjadi  Lembaga Kebudayaan Indonesia

Perubahan ini disesuaikan dengan kondisi pada waktu itu, seperti yang tercermin dalam semboyan barunya yaitu “Memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan pengetahuan tentang Kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”



Mengingat pentingnya Museum ini bagi bangsa Indonesia, maka pada tanggal 17 September 1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat

Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979, museum pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional


Informasi tambahan
Jam Operasional Museum
Hari Senin,  Tutup
Selasa sd jum’at     08.30 sd 16.00
Sabtu dan Minggu   08.30 sd 17.00

Harga ticket Masuk
Pengunjung Perorangan
Dewasa Rp.5.000, dan Anak2 Rp.2.000

Pengunjung Rombongan (minimal 20 orang)
Dewasa Rp.3.000,  dan Anak2 Rp.1.000

Pengunjung Warga Negara Asing Rp. 10.000

Tour Guide, Hubungi  021-3811551



Pembelajaran
Berita tentang pencurian benda bersejarah yang baru-baru terjadi pada museum ini, membuat hati miris

Satu gambaran, betapa lengah dan masih lemahnya pengawasan serta pengamanan  terhadap benda-benda sejarah yang tidak ternilai harganya ini

Disisi lain, Ternyata masih ada segelintir orang yang tega untuk memperkaya dirinya sendiri dengan mencuri benda bersejarah milik bangsanya sendiri

Semoga kehilangan yang terjadi pada museum ini, menjadi pelajaran untuk pengelola museum ditempat lain, agar lebih waspada dan melakukan pencegahan dini terhadap kemungkinan pencurian

Artikel lain mengenai museum,  Museum Pusaka TMII