Setelah berkeliling di kawasan TMII, Saya singgah
ditempat persewaan sepeda, karena cucu Saya kepengen naik sepeda, setelah memilih dan
mencoba remnya, Saya
kemudian membayar sewanya untuk setengah jam kedepan
Saya duduk menunggu dibawah pohon sambil minum
kopi yang dijajakan, tidak sengaja pandangan Saya melihat sebuah papan besar yang bertulisan "Museum Pusaka"
Kebetulan, daripada cuma
duduk dibawah pohon, lebih baik waktu luang ini Saya manfaatkan untuk melihat isi
museum
Museum Pusaka, adalah salah
satu dari beberapa museum yang terdapat di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Museum beralamat di Jalan Raya TMII, Jakarta Timur,
Indonesia
Museum ini diresmikan penggunaannya
untuk umum pada 20 April 1993 oleh Presiden RI kedua, H M Soeharto
Setelah membayar tiket masuk 7.500 rupiah, kemudian Saya
memasuki ruang pamer
pada museum ini
Museum
berdiri diatas lahan
seluas 3.800 M2, Bentuk
Bangunan Museum Pusaka ini cukup unik, berbentuk limas segi lima, bertingkat dua, Luas lantai dasar 935
M2 dan luas lantai
atasnya 600 M2
Dari
kejauhan, keberadaan museum ini sudah dapat terlihat, karena pada
atap bangunan museum terdapat replika sebuah keris berukuran
besar (tingginya sekitar
3 atau 4 Meter)
Koleksi Museum
Koleksi museum terdiri dari 5.611 buah benda peraga
berupa Keris, Tombak, Golok, Mandau, dan berbagai ragam senjata tradisional
dari seluruh wilayah Indonesia
Jika Anda adalah
orang yang suka dengan benda pusaka,
disinilah tempat yang tepat untuk melihat koleksi aneka ragam keris dan benda pusaka pilihan, yang mempunyai
nilai seni tinggi, termasuk mengenai sejarah dan asal usul benda pusaka tersebut
Saya sendiri bukanlah seorang penggemar atau kolektor keris , tetapi
dengan masuk ke museum
ini wawasan Saya mengenai keris dan benda pusaka menjadi lebih terbuka
Enggak lucu juga ya, jika kita sebagai bangsa indonesia tidak mengerti jika ada orang yang bertanya tentang keris
Pengertian sederhana Keris
Keris adalah sebuah senjata tikam, berujung runcing dan tajam pada kedua sisi bilahnya, biasanya ada lekukan pada kedua sisinya
Keris bentuknya
khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena bentuknya yang tidak
simetris, pada bagian pangkal agak lebar dan mengecil pada bagian ujungnya,
kebanyakan bilahnya berliku dan memiliki pamor (damascene) yaitu guratan logam
cerah pada helai bilahnya
Pengguna keris tersebar pada masyarakat yang pernah
bersentuhan dengan budaya Majapahit,
seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, Pesisir Kalimantan,
sebagian Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailan Selatan, dan Filipina Selatan
(Mindanau)
Keris bagi Masyarakat Jawa
Perkembangan budaya keris berjalan seiring dengan
meningkatnya penghayatan terhadap keberadaan keris itu sendiri, hal ini dapat dilihat pada tata
nilai kehidupan masyarakat Jawa umumnya
Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya “The History of
Java” pernah menulis,
“Seseorang lelaki jawa yang tidak menyandang keris, ibarat telanjang dst...”
Senada dengan kalimat itu, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa seorang lelaki jawa belum lengkap hidupnya bilamana belum memiliki Curiga (keris), Turangga (kuda), Wisma (rumah), Wanita (isteri), dan Kukila (burung), benda yang terakhir ini menurut pendapat Saya mengandung makna ganda, tergantung kepada orang yang menafsirkannya
Anatomi
Keris
Ulasan
mengenai anatomi keris ini Saya tulis sekedar untuk mengenalkan bentuk keris secara
garis besarnya kepada pembaca, (terlalu panjang jika ditulis disini)
Jejeran
atau Deder, adalah Hulu Keris, Umumnya terbuat dari Kayu, tetapi bisa saja dibuat
dari Tulang, dan Tanduk atau Gading
Gandhik,
adalah Pangkal Bilah (Sor-soran), bentuk gandhik ini beragam seperti Lugas Panjang, Laler Mengeng dll
Selut,
adalah tambahan cincin yang terbuat dari logam yang melingkari hulu keris,
untuk menambah keindahan saja (tidak keharusan)
Ganja,
adalah bagian dasar bilah, kegunaannya memang berfungsi sebagai ganjal penguat
Bilah
Keris, adalah bentuk utuh dari keris itu sendiri, biasanya terbuat dari tiga unsur logam
yaitu, Besi Biasa, Besi Pamor, dan Baja
Ketiga bahan
inilah yang diperhatikan atau dinilai untuk menentukan baik atau tidaknya mutu sebuah
keris
Warangka,
adalah sarung keris, biasanya terbuat dari kayu, merupakan satu
kesatuan antara Bilah Keris dan warangkanya, maksudnya keris tanpa warangka
belum bisa disebut sebuah keris, begitu juga sebaliknya
Pendok,
adalah selongsong warangka keris yang terbuat dari logam tipis sebagai
pembungkus gandar, fungsinya untuk memperindah dan memperkuat warangka
Mendhak,
adalah bentuk cincin yang dipasang melingkari Pesi, letaknya diantara Jejer dan
Ganja, gunanya untuk menperindah dan memperkuat tangkai kayu pada hulu keris
agar tidak mudah pecah dan rusak
Sejarah Museum
Pada mulanya koleksi benda pusaka dimuseum ini berasal dari hibah Dra
Sri Lestari Masagung (Museum Tosan Aji, di Jl Kwitang, Jakarta Pusat) kepada Hj
Siti Hartinah Soeharto selaku ketua Yayasan Harapan Kita
Pada Juli 1992 digagas sebuah proyek untuk membangun Museum Keris
TMII, dan pada 20 April 1993, Museum Pusaka ini diresmikan pembukaannya untukumum oleh Presiden RI H M
Soeharto
Informasi lain
Museum Pusaka dibuka untuk masyarakat umum setiap hari dari pukul
09.00 sd 16.00, harga tiket masuk Rp.7.500,00 per orang
Museum Pusaka juga menerima jasa untuk Perawatan, sertifikasi, dan
konsultasi pusaka atau Tosan Aji
Museum Pusaka, menyediakan Ruangan yang dapat disewa
untuk rapat, seminar, Sarasehan, workshop dll
Anda belum
pernah ke Museum Pusaka?
Ajaklah
Keluarga, atau Putera Puteri Anda, untuk mengenali dan mengetahui keaneka ragaman budaya yang
dimiliki oleh Negara Indonesia
Artikel lain mengenai museum, Museum Fatahillah
Artikel lain mengenai museum, Museum Fatahillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar