Secara umum wisata di Loksado ini cukup baik dan aman, penduduknya ramah, didukung dengan keindahan alam yang natural (bukit, sungai, hutan
kayu dan hutan bambu)
Ada Empat tempat wisata unggulan yang bisa dikunjungi disini,
1.Wisata
Air Panas Tanuhi
2.Wisata
Arung Jeram, dengan memakai rakit bambu atau bisa juga menggunakan perahu karet
3.Wisata
Balai Adat (ada sekitar 43 Balai Adat yang tersebar di Sebelas desa, Saya hanya
sempat mendatangi Balai Adat Malaris, di Desa Lok Lahung)
4.Wisata
Air Terjun (ada 8 buah air terjun, Saya hanya sempat mendatangi tiga tempat
saja)
Wisata Balai Adat
Saya
hanya sempat melihat satu Balai Adat, yaitu Malaris, Balai Adat ini adalah salah satu dari 43 Balai Adat yang
tersebar pada sebelas desa
Balai
Adat yang ini terletak di Desa Lok Lahung, akses jalannya hanya dapat dilalui
dengan kendaraan roda dua, karena jalan untuk menuju kesini harus melewati
sebuah jembatan gantung dari kayu sepanjang sepuluhan meter dengan lebar satu
setengah meter
Balai
Adat Malaris ini, berupa bangunan rumah panggung sepanjang kurang lebih 40 Meter, dengan Lebar 15 Meter, bentuk
bangunan mirip seperti Rumah Lamin di Kalimantan Timur, atau Rumah Adat Suku Dayak
lainnya di Kalimantan Tengah
Tidak
banyak yang dapat Saya ceritakan mengenai Balai Adat Malaris ini, karena ketika
Saya datang, balai adat ini dalam keadaan terkunci pintu masuknya, sementara
dari belasan jendelanya tidak ada satupun yang terbuka
Tidak terlihat petugas yang berjaga pada hari itu, bahkan kantor yang
terdapat diseberang Balai Adat, ternyata tutup juga, padahal jam ditangan Saya
telah menunjukan angka sebelas
Kekecewaan
Saya agak terobati karena pada ujung jalan yang sama, atau sekitar 900 Meter masuk
lebih kedalam, terdapat dua air terjun yang berdekatan tempatnya, yaitu Air Terjun
Riam Barajang, dan Air Terjun Riam Hanai
Tadinya
Saya sempat berpikir, sekembalinya Saya dari lokasi air terjun, siapa tahu sudah
ada petugas di Balai Adat Malaris yang bisa Saya temui untuk dimintai informasi
mengenai balai adat ini
Satu
jam berlalu ketika Saya pulang dari air terjun dan datang kembali ke Balai Adat
Malaris, ternyata petugasnya belum terlihat, kemudian
Saya menghidupkan motor dan pulang ke home stay untuk istirahat
Dalam perjalanan menuju home stay, sempat terbersit dibenak Saya, bahwa keberadaan bangunan Balai Adat yang lumayan besar ini tentunya dibangun dengan biaya yang tidak sedikit oleh pemerintah setempat dengan maksud untuk melestarikan dan mengenalkan kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk lokal kepada dunia luar
Tetapi maksud baik tersebut, ternyata masih belum dipahami dengan baik oleh aparat pemerintah yang terdepan (Kecamatan atau Kelurahan), misalnya dengan menempatkan personilnya secara bergiliran di Balai Adat, alternatif lain adalah melibatkan Ketua RT setempat untuk mengambil alih tugas tersebut
Jika hal diatas sudah dilakukan (berjalan), maka pengawasan terhadap kehadiran dari aparat yang ditugasi tersebut yang harus lebih dicermati
Dalam perjalanan menuju home stay, sempat terbersit dibenak Saya, bahwa keberadaan bangunan Balai Adat yang lumayan besar ini tentunya dibangun dengan biaya yang tidak sedikit oleh pemerintah setempat dengan maksud untuk melestarikan dan mengenalkan kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk lokal kepada dunia luar
Tetapi maksud baik tersebut, ternyata masih belum dipahami dengan baik oleh aparat pemerintah yang terdepan (Kecamatan atau Kelurahan), misalnya dengan menempatkan personilnya secara bergiliran di Balai Adat, alternatif lain adalah melibatkan Ketua RT setempat untuk mengambil alih tugas tersebut
Jika hal diatas sudah dilakukan (berjalan), maka pengawasan terhadap kehadiran dari aparat yang ditugasi tersebut yang harus lebih dicermati
Wisata Air Terjun
Ada
delapan lokasi air terjun yang tersebar dibeberapa tempat (Air Terjun Haratai,
Riam Berajang, Riam Hanai, Kilat Api, Tinggiran Hayam, Rampah Manjangan, Jelatang,
dan Air Terjun Anggang),
Dua air terjun yang ada di Desa Lok Lahung telah Saya datangi ketika Saya berkunjung ke Balai Malaris
Dua air terjun yang ada di Desa Lok Lahung telah Saya datangi ketika Saya berkunjung ke Balai Malaris
Air
terjun yang terbesar adalah yang terdapat di Desa Haratai, untuk ukuran
setempat air terjun ini merupakan yang terbesar dibanding dengan tujuh air terjun
lainnya
Akses
jalan menuju air terjun Haratai, hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda
dua
Kontur jalan berbatu dan tidak rata, jalanannya mendaki dan kadang menurun, Jika hujan turun, jalanan menjadi basah, licin, dan berbahaya
Kontur jalan berbatu dan tidak rata, jalanannya mendaki dan kadang menurun, Jika hujan turun, jalanan menjadi basah, licin, dan berbahaya
Sebagian jalanan, telah ada yang dibeton (semen), sepanjang sekitar satu kilometer, dengan lebar jalan sekitar satu meter lebih
Disebelah kiri jalan terdapat lembah yang pada kedalamannya merupakan sebuah sungai, sedangkan disebelah kanannya adalah hutan kayu dan hutan bambu,
Terdapat
sekitar lima buah jembatan kayu yang sudah mulai ada yang berlubang pada sebagian lantainya, tetapi masih
dapat dilewati dengan kehati-hatian
Jika terjadi ban bocor atau kerusakan pada mesin kendaraan (mogok), siapkanlah mental dan tenaga untuk menyeret motor ke desa terdekat
Setelah
melewati tiga buah desa yang tempatnya saling berjauhan, Akhirnya Saya sampai ke Air Terjun
Haratai, jalan yang cuma sepanjang tujuh kilometer ini, Saya tempuh sekitar 50
menit
Ketinggian
air terjun sekitar 8 sd 15 Meter, pada waktu Saya disini tidak ada pengunjung
lain yang datang bersamaan dengan Saya (Mungkin, letaknya yang jauh, dan
jalannya yang lumayan susah, hanya orang yang “mabuk” seperti Saya saja yang mau dengan
sukarela mendatangi tempat ini)
Selain keindahan alam dan keasrian lingkungannya, tidak ada sesuatu yang istimewa dari air terjun ini, Saya lihat biasa-biasa saja, apalagi untuk pengunjung yang sudah pernah melihat air terjun didaerah lain dengan ketinggian 50 sampai 100 Meter
Selain keindahan alam dan keasrian lingkungannya, tidak ada sesuatu yang istimewa dari air terjun ini, Saya lihat biasa-biasa saja, apalagi untuk pengunjung yang sudah pernah melihat air terjun didaerah lain dengan ketinggian 50 sampai 100 Meter
Tetapi
yaitu tadi, jika belum melihatnya sendiri, hati ini rasanya belum terpuaskan,
"Manusiawi Ya"
Setelah
mengambil beberapa foto untuk dokumentasi, Saya beranjak pulang, dalam perjalanan pulang Saya sempat singgah kebeberapa rumah penduduk untuk
melihat hasil hutan yang sedang dijemur didepan pekarangan rumah seperti,
Kayu Manis, dan buah Kemiri
Masih
Penasaran ingin melihat Air Terjun Haratai?
Setelah
merasakan tantangan medan yang lumayan berat dengan kemungkinan bisa mendapat
pengalaman buruk dalam perjalanan
Berikut
ini beberapa Tips yang Saya rekomendasikan untuk calon pengunjung Air Terjun Haratai
1.Sebaiknya
menyewa jasa ojek, karena mereka sudah terbiasa dan mengetahui kondisi
jalan (biayanya sekitar 50rb per motor)
2.Jika
membawa motor sendiri, pastikan kondisi ban dan mesin motor, dalam keadaan baik
dan layak, atau gunakanlah ban tubeles
3.Tidak
direkomendasikan untuk membawa anak balita
4.Tidak
direkomendasikan untuk datang sendirian (minimal berdua)
5.Jika
cuaca sedang hujan sebaiknya urungkan saja niat untuk melihat air terjun ini
Selamat
berwisata, dan dapatkan sensasi pengalaman yang unik di kaki pegunungan Meratus
Kembali ke Bagian 1, Informasi Tempat Wisata
Kembali ke Bagian 1, Informasi Tempat Wisata