Minggu, 29 September 2013

42 Jam di Loksado (Bagian-3) Malaris dan Air Terjun

Secara umum wisata di Loksado ini cukup baik dan aman, penduduknya ramah, didukung dengan keindahan alam yang natural (bukit, sungai, hutan kayu dan hutan bambu)

Ada Empat tempat wisata unggulan yang bisa dikunjungi disini,

1.Wisata Air Panas Tanuhi

2.Wisata Arung Jeram, dengan memakai rakit bambu atau bisa juga menggunakan perahu karet

3.Wisata Balai Adat (ada sekitar 43 Balai Adat yang tersebar di Sebelas desa, Saya hanya sempat mendatangi Balai Adat Malaris, di Desa Lok Lahung)

4.Wisata Air Terjun (ada 8 buah air terjun, Saya hanya sempat mendatangi tiga tempat saja)



Wisata Balai Adat
Saya hanya sempat melihat satu Balai Adat, yaitu Malaris, Balai Adat  ini adalah salah satu dari 43 Balai Adat yang tersebar pada sebelas desa

Balai Adat yang ini terletak di Desa Lok Lahung, akses jalannya hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda dua, karena jalan untuk menuju kesini harus melewati sebuah jembatan gantung dari kayu sepanjang sepuluhan meter dengan lebar satu setengah meter






Balai Adat Malaris ini, berupa bangunan rumah panggung sepanjang  kurang lebih 40 Meter, dengan Lebar 15 Meter, bentuk bangunan mirip seperti Rumah Lamin di Kalimantan Timur, atau Rumah Adat Suku Dayak lainnya di Kalimantan Tengah

Tidak banyak yang dapat Saya ceritakan mengenai Balai Adat Malaris ini, karena ketika Saya datang, balai adat ini dalam keadaan terkunci pintu masuknya, sementara dari belasan jendelanya tidak ada satupun yang terbuka

Tidak terlihat petugas yang berjaga pada hari itu, bahkan kantor yang terdapat diseberang Balai Adat, ternyata tutup juga, padahal jam ditangan Saya telah menunjukan angka sebelas

Kekecewaan Saya agak terobati karena pada ujung jalan yang sama, atau sekitar 900 Meter masuk lebih kedalam, terdapat dua air terjun yang berdekatan tempatnya, yaitu Air Terjun Riam Barajang, dan Air Terjun Riam Hanai



Tadinya Saya sempat berpikir, sekembalinya Saya dari lokasi air terjun, siapa tahu sudah ada petugas di Balai Adat Malaris yang bisa Saya temui untuk dimintai informasi mengenai balai adat ini

Satu jam berlalu ketika Saya pulang dari air terjun dan datang kembali ke Balai Adat Malaris, ternyata petugasnya belum terlihat, kemudian Saya menghidupkan motor dan pulang ke home stay untuk istirahat

Dalam perjalanan menuju home stay, sempat terbersit dibenak Saya, bahwa keberadaan bangunan Balai Adat yang lumayan besar ini tentunya dibangun dengan biaya yang tidak sedikit oleh pemerintah setempat dengan maksud untuk melestarikan dan mengenalkan kebudayaan yang dimiliki oleh penduduk lokal kepada dunia luar

Tetapi maksud baik tersebut, ternyata masih belum dipahami dengan baik oleh aparat pemerintah yang terdepan (Kecamatan atau Kelurahan), misalnya dengan menempatkan personilnya secara bergiliran di Balai Adat, alternatif lain adalah melibatkan Ketua RT setempat untuk mengambil alih tugas tersebut 

Jika hal diatas sudah dilakukan (berjalan), maka pengawasan terhadap kehadiran dari aparat yang ditugasi tersebut yang harus lebih dicermati



Wisata Air Terjun
Ada delapan lokasi air terjun yang tersebar dibeberapa tempat (Air Terjun Haratai, Riam Berajang, Riam Hanai, Kilat Api, Tinggiran Hayam, Rampah Manjangan, Jelatang, dan Air Terjun Anggang), 

Dua air terjun yang ada di Desa Lok Lahung telah Saya datangi ketika Saya berkunjung ke Balai Malaris

Air terjun yang terbesar adalah yang terdapat di Desa Haratai, untuk ukuran setempat air terjun ini merupakan yang terbesar dibanding dengan tujuh air terjun lainnya






Akses jalan menuju air terjun Haratai, hanya bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua

Kontur jalan berbatu dan tidak rata, jalanannya mendaki dan kadang menurun, Jika hujan turun, jalanan menjadi basah, licin, dan berbahaya

Sebagian jalanan, telah ada yang dibeton (semen), sepanjang sekitar satu kilometer, dengan lebar jalan sekitar satu meter lebih


 

Disebelah kiri jalan terdapat lembah yang pada kedalamannya merupakan sebuah sungai, sedangkan disebelah kanannya adalah hutan kayu dan hutan bambu,

Terdapat sekitar lima buah jembatan kayu yang sudah mulai ada yang berlubang pada sebagian lantainya, tetapi masih dapat dilewati dengan kehati-hatian




Jika terjadi ban bocor atau kerusakan pada mesin kendaraan (mogok), siapkanlah mental dan tenaga untuk menyeret motor ke desa terdekat
 
Setelah melewati tiga buah desa yang tempatnya saling berjauhan,  Akhirnya Saya sampai ke Air Terjun Haratai, jalan yang cuma sepanjang tujuh kilometer ini, Saya tempuh sekitar 50 menit

Ketinggian air terjun sekitar 8 sd 15 Meter, pada waktu Saya disini tidak ada pengunjung lain yang datang bersamaan dengan Saya (Mungkin, letaknya yang jauh, dan jalannya yang lumayan susah, hanya orang yang “mabuk” seperti Saya saja yang mau dengan sukarela mendatangi tempat ini)

Selain keindahan alam dan keasrian lingkungannya, tidak ada sesuatu yang istimewa dari air terjun ini, Saya lihat biasa-biasa saja, apalagi untuk pengunjung yang sudah pernah melihat air terjun didaerah lain dengan ketinggian 50 sampai 100 Meter

Tetapi yaitu tadi, jika belum melihatnya sendiri, hati ini rasanya belum terpuaskan, "Manusiawi Ya"

Setelah mengambil beberapa foto untuk dokumentasi, Saya beranjak pulang, dalam perjalanan pulang Saya sempat singgah kebeberapa rumah penduduk untuk melihat hasil hutan yang sedang dijemur didepan pekarangan rumah seperti, Kayu Manis, dan buah Kemiri

Masih Penasaran ingin melihat Air Terjun Haratai?

Setelah merasakan tantangan medan yang lumayan berat dengan kemungkinan bisa mendapat pengalaman buruk dalam perjalanan 

Berikut ini beberapa Tips yang Saya rekomendasikan untuk calon pengunjung Air Terjun Haratai

1.Sebaiknya menyewa jasa ojek, karena mereka sudah terbiasa dan mengetahui kondisi jalan (biayanya sekitar 50rb per motor)

2.Jika membawa motor sendiri, pastikan kondisi ban dan mesin motor, dalam keadaan baik dan layak, atau gunakanlah ban tubeles

3.Tidak direkomendasikan untuk membawa anak balita

4.Tidak direkomendasikan untuk datang sendirian (minimal berdua)

5.Jika cuaca sedang hujan sebaiknya urungkan saja niat untuk melihat air terjun ini

Selamat berwisata, dan dapatkan sensasi pengalaman yang unik di kaki pegunungan Meratus

Kembali ke Bagian 1, Informasi Tempat Wisata 



 

Senin, 23 September 2013

42 Jam di Loksado (Bagian-2) Tanuhi dan Rafting



Menurut pengamatan Saya, secara umum wisata di Loksado ini cukup baik dan aman, penduduknya ramah, didukung dengan keindahan alam yang natural (bukit, sungai, hutan kayu dan hutan bambu)

Ada empat tempat wisata unggulan yang bisa dikunjungi disini,

1.Wisata Air Panas Tanuhi

2.Wisata Arung Jeram, dengan memakai rakit bambu atau bisa juga menggunakan perahu karet

3.Wisata Balai Adat (ada sekitar 43 Balai Adat yang tersebar di Sebelas desa, Saya hanya sempat mendatangi Balai Adat Malaris, di Desa Lok Lahung)

4.Wisata Air Terjun (ada 8 buah air terjun, Saya hanya sempat mendatangi tiga tempat saja)



Wisata Air Panas Tanuhi
Jalan menuju ketempat wisata ini bisa dilalui oleh kendaraan roda empat
Lihat rambu petunjuk tempat dan jalan, jika masih terasa bingung, jangan ragu untuk bertanya kepada penduduk setempat




Pada pertigaan jalan antara Kandangan, Tanuhi dan Loksado, ambil jalan yang kekiri, masuk sekitar 3 Km,  dalam waktu 15 menit sudah sampai kelokasi wisata

Diarea sekitar satu Hektar ini, terdapat tiga buah kolam permandian, Taman bermain, Penginapan, Hotel, dan Warung makan

Dua buah kolam berisi air biasa untuk berbilas ataupun hanya untuk berenang, dan satu buah kolam lagi yang berisi air panas (hangat)





Kolam air hangat ini diyakini oleh sebagian pengunjung dapat menyembuhkan berbagai penyakit kulit

Benar atau tidaknya penyembuhan itu bagi Saya tidaklah terlalu penting, karena Saya datang kesini hanya ingin berwisata

Saya menceburkan diri dan mandi dikolam ini, selama Saya main dikolam tersebut, aroma belerang tidak tercium dihidung Saya (belerang adalah salah satu dari senyawa yang dapat mencegah penyakit kulit)

Penasaran? Saya bertanya kepada pengelola kolam, dari mana sumber air panas ini berasal, tetapi tidak mendapat jawaban yang memuaskan, (mungkin, Saya bertanya kepada orang yang tidak pas)

Menurut pengamatan yang Saya lihat,  Sumber airnya berasal dari sebuah bukit batu, dan dari “sononya” airnya sudah hangat,  kemudian dialirkan melalui pipa kedalam kolam, dan air yang berlebih dialirkan keparit pembuangan

Penyembuhan Apa saja yang Saya dapatkan setelah mandi dikolam air hangat itu?  Ini nih, harap disimak baik-baik

1.Badan Saya menjadi bugar, 
2.Lelah selama diperjalanan menjadi hilang, 
3.Dan satu lagi, nafsu makan Saya jadi meluap 
(Yang ini Mah, kebiasaan dirumah), he.. he, lagu lama !

Terimakasih ya Allah, untuk semua kenikmatan dan rejeki telah Engkau berikan, Semoga Barokah !


Wisata Arung Jeram
Jalanan untuk menuju ke home base Arung Jeram ini masih bisa menggunakan kendaraan roda empat

Sebaiknya Anda datang ke Tanuhi dulu, baru dilanjutkan ke area Arung Jeram, karena didesa ini adalah pusat perkampungan dan dari sini nantinya bisa diteruskan menuju kewisata Air Terjun dan ke Balai Adat Malaris



kembali kepertigaan jalan Tanuhi, Loksado, dan Kandangan, jika mengambil jalan yang kekiri menuju ke Tanuhi, sekarang ambil jalan yang menuju kekanan, jika posisi kendaraan Anda datang dari Tanuhi, ambil jalanan yang lurus saja,  masuk sekitar 7 Km kearah Desa Lok Lahung, dipinggir jalan sebelah kiri sudah dapat terlihat baliho besar, dan artinya anda sudah sampai kelokasi Arung jeram



Pengunjung dipungut biaya untuk menyewa rakit atau perahu karet, berikut helem, jacket pelampung, dan pemandu wisata yang juga merangkap instruktur dan Pengawas Keselamatan

Harga sewa rakit biasanya dipatok sekitar 300 sd 500rb per sekali jalan, berapapun penumpangnya (maksimal empat orang), persyaratan lainnya adalah pengunjung harus pandai berenang (klo yang ini, nenek-nenek juga tau)

Panjang tracking Arung Jeram ini sekitar delapan kilometer kurang, yang memanjang dari Home Base melewati Desa Lok Lahung dan berakhir di Desa Tanuhi, (dengan durasi sekitar 2 sd 3 jam)
Jika ingin  menghemat biaya, Anda bisa patungan membayar sewanya dengan pengunjung lain





Wahana lain yang tersedia disini adalah Out Bound, dan High Ropes, untuk Anak Balita tidak dianjurkan untuk dibawa serta, kecuali untuk camping dan permainan lain yang tidak berbahaya

Saya tidak berani untuk mencoba Arung Jeram ini, karena tidak pandai berenang  (Bersambung ke  Bagian 3)





Minggu, 15 September 2013

42 Jam di Loksado (Bagian-1) Informasi Tempat Wisata



Sudah pernahkah Anda ke Loksado?  Belum?
Berikut ini, Saya membagi pengalaman ketika pada bulan ini (September 2013) mengunjungi Loksado selama 42 Jam

Tulisan ini lumayan panjang dan banyak photonya, oleh karena itu artikel ini Saya bagi menjadi tiga bagian, agar tidak terasa membosankan

-Bagian-1, Informasi Tempat Wisata
-Bagian-2, Air Panas Tanuhi dan Rafting
-Bagian-3, Balai Adat Malaris dan Air Terjun


Informasi Tempat Wisata
Loksado adalah sebuah tempat Wisata Alam yang terdapat di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Ibukota Kabupaten ini adalah Kota Kandangan

Tempat Wisata ini terletak dikaki Pegunungan Meratus, dengan ketinggian sekitar 500 sd 2000 Meter (DPL), posisinya berada disebelah Timur Laut Ibukota Kabupaten

Jarak tempuh dari Kota Banjarmasin sekitar 175 KM, sedangkan jarak dari Bandara Syamsudin Nor kurang lebih 147 Km, dan Kota yang terdekat adalah Kandangan sekitar 40 Km dari tempat wisata




Menurut pengamatan Saya, secara umum wisata di Loksado ini cukup baik dan aman, penduduknya ramah, didukung dengan keindahan alam yang natural (bukit, sungai, hutan kayu dan hutan bambu)

Udaranya bersih, hutannya lebat, dari sungai Amandit masih dapat terdengar gemericik suara air yang mengalir satu arah dari hulu ke hilir, jernih dan jauh dari polusi




Terdapat empat tempat wisata unggulan yang bisa dikunjungi disini,

1.Wisata Air Panas Tanuhi

2.Wisata Arung Jeram, dengan memakai rakit bambu atau bisa juga menggunakan perahu karet

3.Wisata Balai Adat, (ada sekitar 43 Balai Adat yang tersebar di Sebelas desa, Saya hanya sempat mendatangi Balai Adat Malaris, di Desa Lok Lahung)

4.Wisata Air Terjun, (ada 8 buah air terjun, Saya hanya sempat mendatangi tiga tempat saja)


Untuk menghemat waktu dan biaya, pengunjung yang ingin datang kesini sebaiknya menggunakan kendaraan sendiri atau charter, biaya sewa mobil sekitar 300rb perhari, diluar BBM dan Tips untuk Driver, tempat persewaan mobil dapat ditemukan di bandara atau dikota yang terdekat (Banjarmasin, Banjarbaru, atau Martapura)

Alternatif lain, Naik Angkutan Antar Kota (Banjarmasin-Kandangan) dengan biaya 30rb perorang, kemudian dilanjutkan dengan Angkutan Pedesaan (Kandangan-Loksado) dengan ongkos 15rb perorang, Angkutan yang terakhir ini jam keberangkatannya tergantung dengan penuh atau tidaknya muatan dan penumpang

Kondisi Jalan dan Jembatan untuk mendatangi tempat wisata ini umumnya baik dan dapat dilewati oleh kendaraan bermotor, walau pada beberapa tempat masih terdapat jalan yang longsor, bergelombang, dan berlubang

Kontur jalan secara keseluruhan mulus dan beraspal, banyak terdapat tanjakan dan jalanan yang menurun, dengan sudut kemiringan jalan antara 15 sd 30 derajat , dan pada beberapa spot terdapat tikungan tajam dan melingkar

Jika membawa kendaraan sendiri, sebaiknya Periksalah lagi kelaikan kendaraan seperti, Rem, Tekanan angin, dan perlengkapan lainnya, agar dapat terhindar dari hal yang tidak diinginkan
  
Di Kota Kecamatan ini tidak terdapat ATM, Bank,  dan SPBU, Bawalah uang tunai secukupnya karena kecil kemungkinan Kartu Kredit bisa diterima disini, sebaiknya mengisi BBM di Kota sebelumnya (Kandangan)

Harga premium di Kecamatan ini bisa mencapai 9rb dan Solar 7rb per botol, (penjual bbm disini jarang menggunakan satuan liter)

Untuk dapat lebih maksimal menikmati seluruh objek wisata diLoksado sebaiknya pengunjung menginap disini (minimal satu malam), karena objek wisata tersebar pada beberapa tempat, dan waktu yang paling baik untuk datang kesini, adalah datang pada hari Sabtu dan pulang pada Minggu sore

Jika datang pagi dan pulang sore hari, pengunjung akan terkuras waktunya diperjalanan, ada pengecualian jika pengunjung tersebut masih berada pada radius 60 Km atau kurang dari tempat wisata ini, misalnya untuk kota-kota  kecil disekitar Kandangan




Tempat Wisata yang dapat didatangi dengan kendaraan roda empat, hanya Wisata Air Panas Tanuhi dan Home Base Track Rafting, selebihnya harus menggunakan kendaraan roda dua

Ditempat wisata ini tersedia beberapa hotel kelas melati dengan kisaran harga kamar antara 175 sd 450rb, tetapi jika ingin menghemat, tidurlah di home stay milik penduduk setempat dengan kisaran harga sekitar 75 sd 150rb permalam, atau sesuai kesepakatan, bisa dinego kok

Saya lebih suka memilih untuk tidur di home stay milik penduduk setempat dari pada menginap di hotel, karena secara tidak langsung hal ini dapat membantu warga lokal untuk mendapatkan penghasilan sampingan

Dengan membayar sewa 100rb per malam, sudah tersedia TV, selimut, handuk, dan perlengkapan mandi
Oh, Iya, Jangan lupa untuk membawa jacket atau pakaian tebal, (tidak semua home stay menyediakan selimut),  cuaca disini lumayan dingin, terutama pada malam hari

Penjual makanan dan minuman bisa dijumpai disemua tempat wisata, sampai untuk keperluan kecil seperti rokok, pulsa, dan peralatan mandi masih bisa didapat, walaupun harganya lebih mahalan sedikit

Sinyal dan jaringan internet lumayan bagus disini, Saya masih bisa mengirim dan menerima email, FB an, maupun  Twitter,  kecuali untuk Black Berry kayaknya Lost Signal, Untungnya ketika itu Saya ada membawa gadget lain, dan satu hal lagi, jangan sampai terlupa untuk membawa charger

Penduduk setempat adalah etnis Suku Banjar Hulu (Pehuluan) yang mayoritas beragama Islam dan Suku Dayak Meratus yang sebagian besar penganut Kristen,  tetapi mereka terlihat hidup rukun walaupun berbeda keyakinan

Umumnya perilaku penduduk setempat ramah dan friendly kepada pendatang, sepanjang pengunjung tersebut tidak melakukan hal-hal yang kurang baik



Keamanan disini cukup baik, tidak pernah terdengar suara sumbang mengenai kriminalisasi oleh penduduk setempat

Jika butuh bantuan keamanan lebih, dapat mendatangi atau paling tidak mencatat nomer tilpon kantor polsek setempat untuk berjaga-jaga

Lokasi Kantor Polisi sekitar empat kilometer sebelum memasuki tempat wisata (bersambung, Ke Bagian 2)