Rabu, 05 September 2012

Potret buram, Rasa ikut memiliki


Masih terngiang rasanya ditelinga ini, petuah bijak dari Ibundaku, yang selalu disisipkannya pada setiap dongeng sebelum tidur ketika Saya masih kecil dulu

“Nak, Jika kamu belum mampu untuk membeli atau membuat sesuatu yang baru, Peliharalah dengan baik apa yang sudah ada kamu miliki”  

Waktu itu, Saya selalu menyahut “iya Bunda” dengan mata yang mulai mengantuk, karena diusia itu, Saya belum dapat memahami pembelajaran apa yang sedang Bunda ingin tanamkan kepada Saya

Kemudian waktupun bergulir, hingga sampai pada suatu titik, dimana Saya dapat memahami petuah tersebut


Beberapa waktu yang lalu, Saya pernah membuat tulisan mengenai (sebagian kecil dari) kondisi fasilitas umum milik pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, dengan judul  Dibawah kerimbunan, Ada bahaya mengancam


Isi tulisan tersebut biasa-biasa saja, dan nilai materinya relatif kecil

Lagian isi tulisan itu terkesan  “satu arah”  

Artinya, Saya hanya menuliskan kenyataan yang Saya temukan tetapi tidak pernah melakukan konfirmasi atau menyampaikannya langsung kepada dinas terkait yang diberi wewenang untuk mengurus masalah ini

Kenapa bisa begitu?
Karena kerusakan tersebut telah terjadi sejak beberapa tahun lalu, dan selama itu juga tidak ada tanda-tanda untuk segera mendapat  perbaikan
Saya tidak ingin menbuat sensasi dari sebuah berita basi, jika baru sekarang ini, Saya mempertanyakan hal tersebut

Sikap yang terbaik adalah “menunggu”
Menunggu disini, bisa diartikan menunggu untuk mendapat giliran diperbaiki, bisa juga berarti menunggu sampai ada orang lain yang mendapat celaka karena terperosok kedalam lubang

Tadinya dalam benak Saya sempat terpikir juga untuk bersikap masa bodoh, dan cuek dengan kondisi tersebut  “This is Not my Busines”

Tetapi disisi lain, timbul  juga rasa penasaran yang menggelitik hati ini, Apakah gerangan, yang dapat mematahkan atau memecahkan blok beton setebal 15 Cm tersebut




“Apa iya”, blok beton tersebut dibuat secara asal-asalan saja, dengan tidak mencampurkan dengan baik Air, Semen, Pasir, Batu kerikil, dan Besi, sesuai standar yang diharuskan

Ternyata sebagian jawabannya dapat dilihat pada photo2 berikut ini (Photo Saya ambil secara acak, pada saat Saya sedang lewat pada jalan tersebut)

Parkir yang Salah-1

Parkir yang Salah-2

Parkir yang Salah-3

Parkir yang Salah-4

Parkir yang Salah-5

Parkir yang Salah-6


Parkirnya kendaraan roda empat ini bukan tanpa alasan, karena disekitar jalan itu terdapat bengkel, warung makan dan kantor dengan lahan parkir yang sempit,  mobil yang tidak kebagian tempat parkir dengan sendirinya akan memarkir kendaraannya disembarang tempat yang kosong

Parkirnya beberapa mobil tersebut dipinggir jalan sah-sah saja karena disitu memang tidak terlihat adanya rambu “larangan parkir”
Sembarangan parkir ini paling-paling hanya dapat membuat jalanan bertambah sempit atau hanya akan mengganggu kenyamanan pejalan kaki

Yang menjadi masalah adalah, “caranya memarkir mobil”
Sebelah dari roda mobil berada diatas jalan, sedangkan yang sebelahnya lagi berada tepat diatas trotoar

Hampir dipastikan tekanan dari berat kendaraan ini yang berpeluang untuk menimbulkan kerusakan trotoar

Cara parkir yang benar

Lalu apa yang harus kita lakukan?
Sampai saat ini, Saya sendiripun juga belum tahu jawabnya

Solusi sederhana untuk mengatasi masalah tersebut adalah, Jika kita belum dapat berbuat banyak untuk merubah keadaan yang kurang baik untuk menjadi lebih baik, setidaknya kita sendiri tidak ikut melakukan hal bodoh yang sama

Tetap memelihara semangat “rasa ikut memiliki” agar selalu tetap ada didalam hati ini, (Jika memungkinkan, menularkannya kepada orang terdekat dilingkungan kita)

Semahal dan sekuat apapun bangunan fasilitas umum yang dibuat oleh pemerintah, tidak akan panjang usia pakainya jika rasa ikut memiliki telah menghilang dari hati sebagian warganya

Pernahkah kita berpikir, bahwa Kerusakan yang terjadi pada fasilitas umum, hanya dibutuhkan dana saja untuk memperbaikinya
Tetapi hilangnya “rasa ikut memiliki” dari setiap individu, membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk menyembuhkannya