Empat
orang tetangga Saya yang berasal suku Jawa, menjawab tidak tahu ketika Saya
bertanya apa artinya Ullen Sentalu
Dari orang ke lima ada jawaban yang lebih masuk diakal meskipun dengan nada yang
tidak pasti
“Kulo
kurang mengerti dengan apa yang Sampeyan tanyakan, tetapi rasanya Saya pernah
dengar Ullen Sentalu, seperti nama sebuah tempat di seputaran Yogyakarta”
Ullen
Sentalu, dua kata ini berhasil memancing minat Saya untuk menyambangi tempat
ini, dan akhirnya kesempatan itu datang ketika Saya bepergian ke Yogyakarta
untuk menjenguki anak yang lagi kuliah disini
Ullen
Sentalu merupakan singkatan dari kalimat Bahasa Jawa “Ulating
Blencong Sejatine Tataraning Lumaku”
terjemahan
bebasnya kira-kira begini “Manusia dalam menjalani kehidupannya memerlukan
cahaya (pedoman) sebagai petunjuk untuk menuju kepada kebenaran”
Blencong
sendiri adalah, Nama sebuah lampu tradisional berbahan bakar minyak, dan biasanya
lampu ini digantung atau digunakan sebagai penerang layar pertunjukan wayang
kulit
Ullen
Sentalu, adalah nama sebuah museum milik swasta yang dikelola oleh Keluarga Bapak
Haryono, berupa sebuah Yayasan yang bernama Yayasan Ulating Blencong
Museum
Ullen Sentalu beralamat di Jalan Boyong, Taman Wisata Kaliurang, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
Lokasi
museum terletak didalam Taman Kaswargan, disebelah selatan Gunung Merapi,
berjarak sekitar 25 Km disebelah utara kota Jogyakarta, kondisi jalan untuk
mendatangi museum ini cukup baik dan dapat didatangi dengan kendaraan bermotor
Museum
diresmikan pembukaannya untuk umum pada 01 Maret 1997 silam, oleh KGPAA Paku
Alam VIII (Pejabat Gubernur pada masa itu)
Museum
yang berdiri diatas lahan seluas 12.000 M2 ini, lebih banyak menampilkan budaya
dan peninggalan benda sejarah bangsawan dinasti Mataram, (Kesunanan Surakarta,
Kesultanan Yogyakarta, Praja Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman)
Harga
tiket masuk museum sebesar 30K (sudah termasuk didalamnya jasa Pemandu Wisata),
kemudian Saya bersama pengunjung lain memasuki bagian dalam museum
Pada
Ruangan Pertama terdapat Patung Dewi Sri, menurut keterangan Pemandu Wisata
Dewi Sri merupakan Symbol Dewi Kesuburan dan Dewi Pelindung Pertanian
Ruangan
ke Dua adalah Ruang Seni Tari dan Gamelan, didalam ruangan ini terdapat
seperangkat gamelan dan beberapa lukisan, Pemandu Wisata menjelaskan detail dan
sejarah benda-benda yang terdapat diruangan tersebut, sambil sesekali mengingatkan
pengunjung untuk tidak mengambil foto dan menyentuh benda yang ada disitu
Saking
seriusnya mendengarkan penjelasan Pemandu Wisata, Saya kelupaan untuk
menanyakan, Mengapa pengunjung tidak diperbolehkan untuk mengambil photo
didalam museum ini
Ruangan
ke Tiga adalah Goa Sela Giri, sederet Ruang Pamer yang dibangun dibawah tanah,
ruangan ini berisi koleksi lukisan yang dikemas dalam karya fine arts dari beberapa
sosok yang mewakili Dinasti Mataram
Ruangan
ke Empat adalah Kampung Kambang, kumpulan dari beberapa ruang pamer yang
dibangun diatas kolam, Ruang Syair untuk Tineke, Royal Room Ratoe Mas, Ruang
Batik Pesisiran, Ruang Batik Vorstendlanden, dan Ruang Puteri Dambaan
Ruangan
yang terakhir adalah Sasana Sekar Bawana, diruangan ini dipamerkan beberapa
lukisan Raja-raja Mataram, dan lukisan tari Bedhaya Ketawang, serta beberapa
lukisan dengan tata rias pengantin jawa dengan gaya Yogyakarta
Kunjungan
selesai, Pemandu Wisata kemudian mempersilahkan pengunjung untuk masuk ke
Beukenhof Restaurant, sementara Pemandu Wisatanya pergi untuk mengambil minuman
yang diracik dengan resep keraton
Konon
katanya minuman ini dapat memberi kesehatan dan awet muda untuk orang yang
meminumnya (wallahualam)
Minuman
ini rasanya manis-manis sepet, dihidung Saya tercium aroma lemon atau jeruk
nipis ketika gelasnya Saya dekatkan kebibir
Terlepas
dari khasiat yang terkandung didalam minuman tersebut yang jelas minuman ini memang
terasa menyegarkan, dengan beberapa kali tegukan minuman tersebut sudah tidak
bersisa lagi
Sebelum
Saya meninggalkan Museum Ullen Sentalu, Saya sempatkan (walau tidak membeli) untuk
melihat-lihat beberapa barang yang dipajang di Toko Souvenir yang terdapat
didekat pintu keluar
Informasi
lain yang perlu diketahui oleh calon pengunjung
Jam
buka Museum,
Hari
Selasa sd Minggu, pukul 09.00 sd 16.00
(Hari
Libur Nasional tetap buka, pada hari Senin tutup)
Harga
tiket masuk (IDR)
WNI,
Dewasa
30K, Anak-anak usia 5 sd 16 thn 15K
WNA,
Dewasa 50K, Anak-anak usia 5 sd 16 thn 30K
Pembelajaran yang Saya dapatkan disini
Museum bisa dikelola oleh perorangan ataupun oleh perusahaan Swasta, (selama ini yang
Saya ketahui, museum dikelola oleh pemerintah)
Bangunan
untuk sebuah museum tidak selalu berupa bangunan cagar budaya atau bangunan
lama, artinya museum dapat dibuat dimana saja, dengan bentuk bangunan yang disesuaikan
dengan keinginan pemiliknya
Museum
adalah sebuah kegiatan non profit, dan karenanya tidak banyak orang yang
berminat untuk mengelola usaha ini