Hari
Sabtu pagi 13 Oktober 2012, Pesawat Lion
Air yang Saya tumpangi, meninggalkan Landasan Pacu Bandara Juwata Tarakan
dengan tujuan Jakarta
Arsitektur bangunan museum
Koleksi museum
Setelah
transit sekitar 30 menit di Bandara Sepinggan, Balikpapan, pesawat kemudian
meneruskan perjalanan menuju Jakarta
Satu
jam berikutnya, pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta,
Cengkareng, Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar dan aman
Kedatangan
Saya ke Jakarta kali ini, bertepatan dengan dua hari sebelum pelantikan Jokowi,
Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jangan
salah, Saya datang ke Jakarta bukan untuk menghadiri pelantikan beliau sebagai
orang nomer satu di DKI, tetapi untuk menjenguk anak dan menantu Saya yang
tinggal di Cibubur
Untuk
mengisi waktu yang luang selama berada di Jakarta, Biasanya Saya selalu
mendatangi beberapa tempat favorit Saya, salah satunya adalah Museum
Kenapa
pilihan Saya Museum?
Karena
hanya suka saja, disini Saya dapat melihat beberapa barang peninggalan jaman dulu
yang masih tertata dan terpelihara dengan baik
Jika
ada yang bertanya kepada Saya, Pilih mana, mau melihat Mall atau Museum? Jawaban
Saya pasti Museum
Museum Mandiri, Jakarta, Indonesia
Miniatur Museum Mandiri
Hari
berikutnya, Saya telah berada didalam Bus Trans Jakarta yang membawa Saya menuju
Kota Tua
Hari
ini, jadwal Saya mau melihat Museum Mandiri
Lokasi museum ini kebetulan letaknya berseberangan jalan dengan pemberhentian terakhir Bus Trans Jakarta
Lokasi museum ini kebetulan letaknya berseberangan jalan dengan pemberhentian terakhir Bus Trans Jakarta
Setelah
keluar dari halte, Saya masuk kelorong bawah tanah untuk menyeberangi jalan
menuju ke museum Mandiri
Lorong
bawah tanah ini memang sengaja dibuat oleh pemerintah DKI untuk memberi
kemudahan bagi warganya, agar terhindar dari debu, terik matahari maupun hujan,
serta aman dari bahaya kendaraan
Lorong
Bawah tanah ini menghubungkan tiga lokasi yaitu Stasiun Kereta Api, Halte Trans
Jakarta, dan Trotoar pada jalan didepan Gedung Museum Mandiri
Lorong
ini dilengkapi pula dengan MCK, Mushola, dan tempat lesehan untuk istirahat, terlihat juga
beberapa "colokan" listrik gratis untuk mengisi baterai seluler, dan pada
sudut yang lain terlihat pengamen dengan alat musiknya, semuanya ini membuat keunikan suasana dilorong penyeberangan tersebut
Saya
masuk ke Museum Mandiri, kemudian menyodorkan uang 5 ribuan kepada petugas
loket untuk biaya masuk
Sebelum
uang diterima, petugasnya bertanya kepada Saya
“Apakah
Bapak Nasabah Bank Mandiri?” Tanya petugas
“Iya,
Saya Nasabah Bank Mandiri Banjarmasin” Saya menjawab, dan kemudian Saya
memperlihatkan Kartu ATM Mandiri
“Untuk
Nasabah Bank Mandiri, tidak dipungut tiket masuk Pak” Kata petugas tersebut
dengan ramah
Sejarah
museum
Gedung Museum
Mandiri, adalah sebuah bangunan bergaya kolonial, terdiri dari tiga lantai, luas area 10.000 M2, dibangun pada tahun 1929
Nama gedung ini awalnya
adalah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia, sebuah perusahaan
dagang milik Belanda yang kemudian hari berkembang menjadi perusahaan di bidang
perbankan.
NHM
dinasionalisasi pada tahun 1960 dan menjadi salah satu gedung kantor
Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor
Kemudian
dengan berdirinya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) pada 31 Desember 1968,
maka gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank
Exim)
Dalam
perjalanan waktu, kemudian terjadi merger antara Bank Exim, Bank Dagang Negara
(BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Menjadi
Bank Mandiri (1999), maka dengan sendirinya gedung tersebut menjadi asset Bank
Mandiri
Arsitektur bangunan museum
Gedung
Museum Bank Mandiri (NHM) ini, dirancang oleh tiga orang arsitek kebangsaan Belanda
yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde
Gedung
ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka
secara resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, salah seorang Presiden NHM
Gedung
Museum (ex-NHM) ini walaupun sudah tua tetapi masih tampak kokoh dan megah, gedung dibangun dengan model arsitektur Niew Zakelijk atau
Art Deco Klasik
Ornamen
bangunan, interior serta furniture museum ini, masih terpelihara dengan baik, dan
dijaga keberadaannya (keaslian) seperti ketika pada waktu didirikan dulu
Koleksi museum
Koleksi
museum terdiri dari berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas
perbankan "tempo doeloe" dan perkembangannya
Koleksi
yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata
uang kuno, (numismatic), brandkast, dan lain-lain.
Koleksi
perlengkapan operasional bank "tempo doeloe" yang unik, antara lain
adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin
cetak, alat pres bendel, seal press, safe deposit box maupun
aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito, cek, obligasi,
dan saham
Hampir
tiga jam Saya menghabiskan waktu didalam museum, itupun tidak semua ruangan
dapat Saya kunjungi
Saya
melihat-lihat koleksi museum tanpa didampingi oleh petugas yang seharusnya
disediakan oleh pihak museum sebagai guide (walaupun Saya diharuskan membayar
untuk itu), Ujung-ujungnya tidak banyak informasi yang Saya dapatkan mengenai
historis koleksi museum tersebut
Kemudian
Saya mencoba untuk meminta brosur atau yang semacamnya itu kepada petugas, dan Petugasnya
mengatakan
“Waduh, Maaf Bapak, Brosurnya habis, belum
dicetak ulang”
“Okelah
klo begitu” Sahutku dalam hati, tidak terdengar oleh Petugas,
(sambil berharap, semoga artikel ini nantinya dapat terbaca oleh atasan Petugas tersebut)
(sambil berharap, semoga artikel ini nantinya dapat terbaca oleh atasan Petugas tersebut)
Kantin Museum Mandiri
Saya
mengakhiri kunjungan ini, sebelum meninggalkan lokasi museum, Saya sempatkan
dulu mampir di kantin museum untuk membeli minuman dan melepaskan penat
Artikel
lain untuk museum, Museum Wasaka