Minggu, 13 Januari 2013

MUSEUM MANDIRI

Hari Sabtu pagi 13 Oktober 2012,  Pesawat Lion Air yang Saya tumpangi, meninggalkan Landasan Pacu Bandara Juwata Tarakan dengan tujuan Jakarta

Setelah transit sekitar 30 menit di Bandara Sepinggan, Balikpapan, pesawat kemudian meneruskan perjalanan menuju Jakarta

Satu jam berikutnya, pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Alhamdulillah perjalanan berjalan lancar dan aman

Kedatangan Saya ke Jakarta kali ini, bertepatan dengan dua hari sebelum pelantikan Jokowi, Ahok sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI

Jangan salah, Saya datang ke Jakarta bukan untuk menghadiri pelantikan beliau sebagai orang nomer satu di DKI, tetapi untuk menjenguk anak dan menantu Saya yang tinggal di Cibubur

Untuk mengisi waktu yang luang selama berada di Jakarta, Biasanya Saya selalu mendatangi beberapa tempat favorit Saya, salah satunya adalah Museum

Kenapa pilihan Saya Museum?

Karena hanya suka saja, disini Saya dapat melihat beberapa barang peninggalan jaman dulu yang masih tertata dan terpelihara dengan baik

Jika ada yang bertanya kepada Saya, Pilih mana, mau melihat Mall atau Museum?  Jawaban Saya pasti Museum


Museum Mandiri, Jakarta, Indonesia

Miniatur Museum Mandiri


Hari berikutnya, Saya telah berada didalam Bus Trans Jakarta yang membawa Saya menuju Kota Tua

Hari ini, jadwal Saya mau melihat Museum Mandiri
Lokasi museum ini kebetulan letaknya berseberangan jalan dengan pemberhentian terakhir Bus Trans Jakarta

Setelah keluar dari halte, Saya masuk kelorong bawah tanah untuk menyeberangi jalan menuju ke museum Mandiri

Lorong bawah tanah ini memang sengaja dibuat oleh pemerintah DKI untuk memberi kemudahan bagi warganya, agar terhindar dari debu, terik matahari maupun hujan, serta aman dari bahaya kendaraan

Lorong Bawah tanah ini menghubungkan tiga lokasi yaitu Stasiun Kereta Api, Halte Trans Jakarta, dan Trotoar pada jalan didepan Gedung Museum Mandiri


Lorong Penyeberangan dibawah tanah


Lorong ini dilengkapi pula dengan MCK, Mushola, dan tempat  lesehan untuk istirahat, terlihat juga beberapa "colokan" listrik gratis untuk mengisi baterai seluler, dan pada sudut yang lain terlihat pengamen dengan alat musiknya, semuanya ini membuat keunikan suasana dilorong penyeberangan tersebut


Saya masuk ke Museum Mandiri, kemudian menyodorkan uang 5 ribuan kepada petugas loket untuk biaya masuk

Sebelum uang diterima, petugasnya bertanya kepada Saya
“Apakah Bapak Nasabah Bank Mandiri?” Tanya petugas
“Iya, Saya Nasabah Bank Mandiri Banjarmasin” Saya menjawab, dan kemudian Saya memperlihatkan Kartu ATM Mandiri
“Untuk Nasabah Bank Mandiri, tidak dipungut tiket masuk Pak” Kata petugas tersebut dengan ramah


Sejarah museum
Gedung Museum Mandiri, adalah sebuah bangunan bergaya kolonial, terdiri dari tiga lantai, luas area 10.000 M2, dibangun pada tahun 1929

Nama gedung ini awalnya adalah Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM) atau Factorji Batavia, sebuah perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian hari berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.

NHM dinasionalisasi pada tahun 1960 dan menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan Ekspor Impor

Kemudian dengan berdirinya Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) pada 31 Desember 1968, maka gedung tersebut pun beralih menjadi kantor pusat Bank Export import (Bank Exim)

Dalam perjalanan waktu, kemudian terjadi merger antara Bank Exim, Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), Menjadi Bank Mandiri (1999), maka dengan sendirinya gedung tersebut menjadi asset Bank Mandiri


Arsitektur bangunan museum
Gedung Museum Bank Mandiri (NHM) ini, dirancang oleh tiga orang arsitek kebangsaan Belanda yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. van de Linde

Gedung ini mulai dibangun tahun 1929 dan pada tanggal 14 Januari 1933 dibuka secara resmi Oleh C.J Karel Van Aalst, salah seorang Presiden NHM

Gedung Museum (ex-NHM) ini walaupun sudah tua tetapi masih tampak kokoh dan megah, gedung dibangun dengan model arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik

Ornamen bangunan, interior serta furniture museum ini, masih terpelihara dengan baik, dan dijaga keberadaannya (keaslian) seperti ketika pada waktu didirikan dulu


Koleksi museum
Koleksi museum terdiri dari berbagai macam koleksi yang terkait dengan aktivitas perbankan "tempo doeloe" dan perkembangannya

Koleksi yang dimiliki mulai dari perlengkapan operasional bank, surat berharga, mata uang kuno, (numismatic), brandkast, dan lain-lain.

Koleksi perlengkapan operasional bank "tempo doeloe" yang unik, antara lain adalah peti uang, mesin hitung uang mekanik, kalkulator, mesin pembukuan, mesin cetak, alat pres bendel, seal press, safe deposit box maupun aneka surat berharga seperti bilyet deposito, sertikat deposito, cek, obligasi, dan saham
















Hampir tiga jam Saya menghabiskan waktu didalam museum, itupun tidak semua ruangan dapat Saya kunjungi

Saya melihat-lihat koleksi museum tanpa didampingi oleh petugas yang seharusnya disediakan oleh pihak museum sebagai guide (walaupun Saya diharuskan membayar untuk itu), Ujung-ujungnya tidak banyak informasi yang Saya dapatkan mengenai historis koleksi museum tersebut

Kemudian Saya mencoba untuk meminta brosur atau yang semacamnya itu kepada petugas, dan Petugasnya mengatakan

 “Waduh,  Maaf Bapak, Brosurnya habis, belum dicetak ulang”

“Okelah klo begitu” Sahutku dalam hati, tidak terdengar oleh Petugas, 

(sambil berharap, semoga artikel ini nantinya dapat terbaca oleh atasan Petugas tersebut)


Kantin Museum Mandiri


Saya mengakhiri kunjungan ini, sebelum meninggalkan lokasi museum, Saya sempatkan dulu mampir di kantin museum untuk membeli minuman dan melepaskan penat

Artikel lain untuk museum,  Museum Wasaka