Ini
adalah kunjungan Saya yang kesekian kalinya ke Museum Nasional, karena memang
pada dasarnya Saya punya hobi untuk melihat barang-barang
lama, langka, dan bersejarah
Jika
Saya sedang berada di Ibukota, Saya selalu meluangkan waktu untuk melihat
kembali museum ini, walaupun isinya nyaris tidak banyak berubah
Museum
Nasional beralamat di Jalan Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat, letaknya
ditengah kota, mudah diakses oleh siapapun yang akan berkunjung kemuseum
Setelah
turun dari Bus Trans Jakarta, kemudian dengan berhati-hati, Saya menyeberangi
jalan menuju gedung museum (sepertinya disini belum tersedia jembatan
penyeberangan untuk pejalan kaki)
Setelah
membayar tiket masuk 5 ribu rupiah, Saya memasuki ruangan untuk melihat koleksi museum
Pada
hari itu pengunjung yang datang bersamaan dengan Saya tidak banyak, karena kedatangan
Saya ke museum sudah agak siangan
(15.00)
Sambil
melihat-lihat isi museum, sesekali Saya melirik jam tangan, khawatir waktu
kunjungan berakhir, sementara Saya belum selesai memasuki semua ruangan
Museum
Nasional ini biasa disebut juga dengan Gedung Gajah atau Museum Gajah
Mengapa?
karena pada halaman depan museum tersebut terdapat sebuah patung gajah berbahan
dasar perunggu
Patung
Gajah ini, adalah hadiah dari raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang
pernah berkunjung ke museum ini pada tahun 1871
Terkadang
museum ini disebut juga dengan Gedung Arca karena digedung ini memang banyak tersimpan bermacam jenis patung dari batu
Museum
Nasional ini menyimpan sekitar 141.000 benda bernilai sejarah yang terdiri dari
koleksi prasejarah, Arkeologi, Numismatik, Heraldik, Etnografi, dan Keramik
Museum Nasional dibangun diatas tanah seluas sekitar 26.500 M2, dan diatas lahan ini berdiri dua buah gedung
utama, kita sebut saja gedung A dan gedung B
Gedung
Lama (gedung A) digunakan untuk ruang pamer koleksi museum, dan ruang
untuk penyimpanan koleksi (Storage)
Gedung
B, dibuka pada tanggal 20 Juni 2007 silam oleh Presiden RI ke VI (Susilo Bambang Yudhoyono)
Gedung
ini selain digunakan untuk ruang pameran, juga digunakan untuk Perkantoran,
Perpustakaan, Ruang Rapat, dan Laboratorium
Sejarah
Museum
Diawali
dengan berdirinya himpunan yang bernama Bataviaasch Gennoschap van Kunsten en Wetenschappen,
yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada
24 April 1778
Pada
masa itu di Eropah Tengah, sedang terjadi Revolusi Intelektual (The Age of Enlightenment)
yaitu dimana orang-orang mulai mengembangkan pemikiran ilmiah dan ilmu
pengetahuan
Pada
tahun 1752 di Haarlem, Belanda, berdiri Hollandsche Maattschappij der Wetenschappen
(perkumpulan ilmiah belanda), Momen inilah yang mendorong orang-orang belanda
di Batavia untuk mendirikan organisasi sejenis
Bataviaasch
Gennotschap (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk memajukan
penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu
biologi, fisika, arkeologi, kesusasteraan, etnologi dan sejarah, serta menerbitkan
hasil penelitiannya
Lembaga
ini mempunyai semboyan “ten nutte van het algemeen (untuk kepentingan
masyarakat umum)
Salah
seorang pendiri lembaga ini, yaitu ICM Radermacher, menyumbangkan sebuah rumah
miliknya yang terletak di jalan Kali Besar, (Pada masa itu daerah ini merupakan
kawasan perdagangan di Jakarta Kota)
Tidak
sampai disitu, Beliau juga menyumbangkan sejumlah koleksi benda budaya dan buku-buku
koleksi miliknya, sumbangan inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Museum
dan Perpustakaan
Pada
masa pemerintahan Inggris di Pulau Jawa (1811-1816) Sir Thomas S Raffles, Gubernur
Jenderal di Batavia, ditunjuk menjadi Direktur perkumpulan ini
Berhubung
rumah yang di Kali Besar sudah penuh dengan koleksi yang ada, Raffles kemudian
memerintahkan pembangunan gedung baru di Jalan Majapahit yang digunakan sebagai
museum dan ruang pertemuan untuk literary society, (dulu nama gedung ini adalah
“societeit de harmonie”)
Jumlah
koleksi milik BG (Bataviaasch Gennotschap) ini terus bertambah sehingga museum
di Jalan Majapahit inipun tidak dapat lagi menampung koleksinya
Pada
tahun 1862, Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung
museum baru, dilokasi yang sekarang kita
lihat ini, yaitu Jalan Merdeka Barat no 12 (dulu disebut Koningsplein West)
Tanahnya
meliputi area yang kemudian diatasnya dibangun gedung Rechst Hogeschool atau
sekolah tinggi hukum (Gedung ini pernah dipakai untuk Markas Kempetai diera
pendudukan jepang, dan sekarang gedung ini ditempati oleh Kementerian
Pertahanan dan Keamanan)
Pembukaan
Gedung Museum ini untuk umum, dilakukan pada tahun 1868
Pada
tahun 1923 perkumpulan ini memperoleh gelar “Koninklijk” karena jasanya dalam bidang ilmiah dan proyek
pemerintah, sehingga lengkapnya menjadi Kononklijk Bataviaasch Genootschap van
Kunsten en wetenschappen
Pada
tanggal 26 Januari 1950 namanya dirubah menjadi
Lembaga Kebudayaan Indonesia
Perubahan
ini disesuaikan dengan kondisi pada waktu itu, seperti yang tercermin dalam semboyan
barunya yaitu “Memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang Kepulauan Indonesia dan negeri-negeri sekitarnya”
Mengingat
pentingnya Museum ini bagi bangsa Indonesia, maka pada tanggal 17 September
1962, Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada
pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi Museum Pusat
Akhirnya
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/0/1979
tertanggal 28 Mei 1979, museum pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum
Nasional
Informasi
tambahan
Jam
Operasional Museum
Hari
Senin, Tutup
Selasa
sd jum’at 08.30 sd 16.00
Sabtu
dan Minggu 08.30 sd 17.00
Harga
ticket Masuk
Pengunjung
Perorangan
Dewasa
Rp.5.000, dan Anak2 Rp.2.000
Pengunjung
Rombongan (minimal 20 orang)
Dewasa
Rp.3.000, dan Anak2 Rp.1.000
Pengunjung
Warga Negara Asing Rp. 10.000
Tour
Guide, Hubungi 021-3811551
Pembelajaran
Berita
tentang pencurian benda bersejarah yang baru-baru terjadi pada museum ini, membuat
hati miris
Satu gambaran,
betapa lengah dan masih lemahnya pengawasan serta pengamanan terhadap benda-benda sejarah yang tidak
ternilai harganya ini
Disisi
lain, Ternyata masih ada segelintir orang yang tega untuk memperkaya dirinya sendiri dengan
mencuri benda bersejarah milik bangsanya sendiri
Artikel lain mengenai museum, Museum Pusaka TMII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar