Museum
Balanga, adalah Museum milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, museum beralamat
di Jalan Cilik Riwut Km 2,5 Palangkaraya,
Lokasi Museum terletak ditepi jalan protokol, mudah untuk didatangi oleh
pengunjung
Status
Museum Balanga tadinya adalah Museum Daerah, dan keberadaannya di kota Palangkaraya
sudah ada sejak Tahun 1973 silam, kemudian seiring dengan berjalannya waktu, pada
Tahun 1990 status Museum Balanga ditingkatkan menjadi Museum Provinsi
Museum
dibuka untuk umum pada hari Senin sd Sabtu dari pukul 07.00 sd 14.00 WIB
(kecuali Hari Jumat sd pukul 10.30), sedangkan pada Hari Minggu dan Hari Libur Nasional, Tutup
Pengunjung
museum dikenakan biaya masuk, tiket masuk Dewasa dan Mahasiswa 2.500 rupiah/orang,
dan untuk pelajar 1.000 rupiah/orang, untuk kunjungan rombongan, sebaiknya menghubungi pihak museum sebelum
hari kedatangan agar bisa mendapat pelayanan yang lebih maksimal
Sepengetahuan
Saya, hari kerja (buka) museum di beberapa kota lain yang pernah Saya kunjungi,
biasanya buka pada hari Selasa sd Minggu, sedangkan Hari Senin dan Hari Libur
Nasional, Tutup
Untuk
pengunjung dari luar kota seperti Saya (dari Banjarmasin), ketidaktahuan
mengenai hari libur museum ini, terasa menggangu juga, Saya datang Minggu pagi
dan rencananya pulang pada sore harinya, karena museumnya tutup, maka Saya putuskan
untuk menginap satu malam di Palangkaraya, agar waktu dan tenaga yang Saya
habiskan dijalanan tidak terkesan sia-sia
Pengaturan
hari kerja yang berbeda ini, menurut Saya syah-syah saja, Saya menuliskannya
disini hanya untuk berbagi pengalaman kepada
pengunjung lain untuk menyesuaikan rencana hari kedatangan ybs dan tidak mengulang kesalahan
yang telah Saya alami
Setelah
membayar harga tiket masuk, kemudian Saya memasuki Gedung Pamer, pengunjung
lain yang bersamaan datang, tidak terlihat, padahal jam tangan Saya sudah
menunjukan angka 10.30
Saya
maklum, ditempat manapun jumlah pengunjung museum, pasti kalah banyak dibanding
dengan jumlah pengunjung Mall atau pertunjukan musik
Bisa
jadi, keberadaan Museum Balanga ini belum banyak diketahui oleh masyarakat luas, atau
kurangnya minat masyarakat setempat untuk melihat benda sejarah dan benda
budaya daerahnya sendiri
Kurangnya
jumlah pengunjung ke Museum Balanga ini, Menurut Saya, bisa diantisipasi oleh
Pengelola Museum dengan cara-cara lama yang biasa dilakukan oleh pengelola museum di kota lainnya, sederhana, murah, dan biasanya manjur
-Menjalin
kerja sama dengan Dinas Kemendikbud setempat, agar seluruh sekolah (dari TK sampai SMU) yang ada di Palangkaraya
dan kota-kota disekitarnya, membuat jadwal kunjungan sekolah secara
bergiliran ke Museum
-Menyelenggarakan
lomba karya tulis secara berkala untuk Tingkat Pelajar, Mahasiswa, dan Umum,
dengan topik yang berkaitan dengan benda koleksi yang terdapat di museum
-Melengkapi
fasilitas museum dengan Kantin, Mushola, dan Tempat Penjualan Souvenir khas daerah
-Melanjutkan promosi yang pernah dilakukan sebelumnya, bisa melalui media
setempat atau nasional, atau hanya cukup dengan memasang baliho pada tempat yang banyak dilalui
oleh umum
Ritual Upacara Adat Tiwah |
Area
kompleks museum ini mempunyai luas sekitar lima hektar, selain untuk jalan,
halaman dan taman, dilahan ini berdiri beberapa buah bangunan yang berfungsi
sebagai Perkantoran, Perpustakaan, Gedung Pamer, dan Gedung Penyimpanan koleksi
cadangan
Gedung
Pamer Museum Balanga terdiri dari dua buah bangunan kembar yang dipisahkan oleh
semacam koridor atau halaman beratap
Bagian
dalam Ruang Pamer disetting menjadi dua lantai, Penerangan didalam ruangan cukup
baik, Ruangan terlihat luas dan bersih serta berpendingin udara, membuat pengunjung
merasa nyaman
Sama
seperti pada museum lain yang pernah Saya datangi, museum ini juga memiliki
ribuan koleksi benda budaya dan benda sejarah, seperti koleksi Ethnografi,
Historika, Arkeologi, Kramologi, Numistika, Heraldika, Biologika, dan Geologika
Benda
koleksi museum berjejer rapi memanjang dan melingkar, beberapa diantaranya diletakkan pada
rak kaca tertutup untuk menghindari kerusakan dan untuk mencegah kontak
langsung dengan pengunjung yang berkeinginan untuk memegang
Koleksi
ditata sedemikian rupa oleh pengelola museum berdasarkan Alur Kehidupan manusia,
dimulai dari Fase Kelahiran, Perkawinan, dan terakhir adalah Fase Kematian,
sehingga pengunjung merasa seakan dibawa kesuasana Kehidupan tradisional Suku
Dayak tempo dulu
Tiga
fase kehidupan ini dilengkapi pula dengan sejumlah benda koleksi untuk upacara adat, yaitu
aneka benda yang lazim dipakai oleh Masyarakat Dayak untuk Menyambut kelahiran
dan Pemberian Nama anak (Mapandui, Nahunan), Proses Meminang (Hakumbang Auh),
dan penguburan jenazah atau tulang jenazah (Tiwah)
Koleksi
lain yang menarik dan unik yang bisa dilihat disini, adalah Koleksi Keramik
(Balanga), Miniatur Rumah Adat Suku Dayak (Betang), Busana Pengantin, serta
Topeng Sababuka
Balanga,
adalah nama lain dari Guci, menurut pemahaman Masyarakat Dayak, Guci dianggap
sebagai symbol penghargaan kepada Tuhan, Leluhur, dan Mahluk lain yang ada
didunia
Belanga
terbuat dari tanah liat, begitu pula halnya dengan manusia, yang awalnya juga terbuat
dari tanah, maka menurut mereka guci layak dihormati seperti manusia
Betang,
adalah Rumah Adat Suku Dayak, biasanya digunakan sebagai rumah bersama
yang dihuni oleh beberapa Kepala Keluarga yang dipimpin oleh seorang Ketua
Adat
Sebuah
sub kelompok masyarakat yang terbentuk dari ikatan keluarga sedarah atau
kekerabatan yang hidup bersama pada lingkungan terbuka, terisolir, jauh dari
kelompok masyarakat dayak lainnya
Sababuka,
adalah topeng yang digunakan sebagai perlengkapan untuk keperluan upacara pada kematian
Menurut
pemahaman mereka topeng Sababuka merupakan symbol adanya keseimbangan antara kehidupan
dan kematian
Topeng
ini dikenakan oleh sejumlah penari sambil mengiringi jenazah yang akan dikubur,
agar orang yang sudah meninggal maupun keluarganya yang masih hidup, akan sama-sama
sejahtera
Maja
Ngguang Museum Balanga, Hinai Tundah Kula, terjemahan bebasnya kira-kira begini “Sila Datang Lagi ke Museum Balanga”
Hari
telah menjelang siang ketika Saya meninggalkan Museum Balanga untuk kembali ke
hotel, kemudian mengemasi barang dan meluncur pulang ke Banjarmasin
2 komentar:
Wuiihhhh... terlihat sepi yah? Mau masuk.. cuma belum kesampaian pak..
Thanx.
Info bagus, kebetulan saya ingin kesana.
Ibu Ayu
Posting Komentar